Sebuah Perjalanan ke Puncak Abadi Para Dewa, Mahameru: Bagian Satu

Lokasi Basecamp
: Desa Ranu Pani, Kabupaten Lumajang
Lokasi Basecamp
: (-8.014338715550684, 112.94562391675561) or Google Location
Level
: Hard
Ketinggian
: 3,676 mdpl (Ketiggian Basecamp 2,100an mdpl.
Tracklog
Click here to download.
Keinginan untuk naik gunung dengan manggul carrier memang sudah muncul sejak akhir tahun 2020. Tentu beberapa gunung yang udah jadi wishlist seperti Rinjani, Semeru, Kerinci atau Tambora sudah bolak-balik dibahas di beberapa group. Tapi you know lah, kesibukan masing-masing di usia sekarang untuk perjalanan yang paling nggak harus menyediakan waktu 3-5 hari nggak bisa seimpulsif dulu.
Sampai akhirnya, setelah Gunung Semeru yang lamaaa tutup akhirnya sejak awal 1 April 2021 sudah mulai dibuka (meskipun sempet ditutup lagi selama 10 hari saat hari raya Idul Fitri). Mulai ngodein Gerry (@gajahbirru) buat jalanin rencana naik gunung, karena tahun lalu batal muncak bareng, ternyata “disambut baik-tak baik”. Apaan sih baik-tak baik? Yaah, maksudnya si kawan ini pingin juga, tapi harus lihat kondisi nanti setelah lebaran. Obrolan dengan Gerry pun dilempar ke Adityo (@prabowoadityo), harusnya nggak perlu lah ya aku mention IGnya karena dah sering banget nama si kawan ini muncul di blog ini) dan Prayoga (@dwigatama).
Dari tiga orang ini Gerry dan Adityo masih ragu-ragu dan minta waktu buat kasih keputusan. (Yaa.. digantung ya kau Mas Bardiq?) Sementara si Prayoga ternyata dah punya agenda mau touring vespa Jakarta-Lombok. Gileeeee, nggak kram kram apa itu bokong Pak Yog?
Di sisi lain….
Mas Tomi, kakak kandung saya. Ntah dapet ide dari mana tiba-tiba share postingan Semeru di IG. Selama ini dia memang sering banget ngajakin muncak. Dari tawaran semua gunung yang selama ini dia minta ditemenin, saya iya-iya-in aja tuh. Yang Merbabu, yang Prau, yang Lawu. Karena semuanya dekat dari Semarang. Tapi belum satupun terlaksana karena emang circa 2006 kami udah tinggal beda kota, dan hampir mustahil buat ngetrip bareng.
Untuk yang Semeru, karena saya memang ada rencana dengan kawan-kawan ini (meskipun masih digantung), akhirnya saya kabarin aja Mas Tomi ini kalo saya memang ada rencana ke Semeru awal bulan Juni. Long short story, dia minta ikut dengan “downlinenya” sekitar 3-4 orang.
Di sisi lain….
Bang Asta (@artdhyasta), -yang namanya beberapa kali muncul di postingan tentang race lari-, ngeshare tuh, kode kode cari kawan ke Semeru di IG Storiesnya. Dan berakhir ngobrolin nyocokin tanggal muncak di Semeru.
Beberapa minggu sebelum lebaran, Adityo ngabarin kalo dia fix gabung. Sementara Gerry malah harus mundur karena ada rencana lain di tanggal yang sama. Dan karena si Adityo ini sendirian dari Bandar Lampung, kami sepakat dia ngajak dua lagi temennya. Sengaja dibatesin nih, karena kalo nggak dibatesin si Adityo ini bisa ngajak sampai 5-7 orang lagi. Malah jadi kepecah groupnya nanti.
Jadi.. saya jadi center groupnya. Sementara Mas Tomi dan downline-nya dari Mojokerto, Bang Asta sendirian dari Medan, dan Adityo bareng downline-nya dari Bandar Lampung. Saya akhirnya memutuskan untuk tiap orang ini nggak ngajak orang terlalu banyak lagi. Harus dibatesin, biar tetep jadi satu group dengan kuantiti 6-10 aja.
Dan inilah travelmates pendakian Gunung Semeru!

Ada Adityo, Feri (downline-nya Adityo), Saya, Mas Pur, Bang Asta, Pola (downline-nya Adityo), Mas Tomi, dan Mas Haki (downline-nya Mas Tomi),
PENDAFTARAN
Untuk pendaftarannya sendiri, sudah menggunakan sistem online melalui website bbntnbts di https://bookingsemeru.bromotenggersemeru.org/. Untuk pendaftaran offline atau insidentil gitu sangat berisiko nggak dapet kuota. Karena daftar onlinenya aja berebut. Nggak dapat kuota ya nggak boleh naik. Saat pendakian kami, setiap harinya kuota dibatasi 130 pendaki pendaftar baru, dan 50 pendaki reschedule 2019 dan 2020 yang telah mendaftar tapi gagal untuk naik Semeru.
Ketika saya bilang berebut, kuota 130 ini habis dalam waktu kurang dari 2 jam. Apalagi pendakian kami bertepatan dengan tanggal merah. Ludeees. Kami mendaki pada tanggal 1 s.d. 3 Juni 2021. Pendakiannya 3 hari 2 malem, karena memang sudah ditentukan maksimal waktu pendakiannya.
Booking online dapat dilakukan paling lambat 24 jam sebelum pendakian dengan biaya per pendaki 62ribu IDR. Kapan pendaftaran dibuka? No one knows kecuali pihak BBTNBTS sendiri, karena tiba-tiba kuota untuk bulan berikutnya dibuka. Saran sih, rajin-rajin cek website dan follow official instagramnya (@bbtnbromotenggersemeru).
Untuk kuota per hari, biaya pendaftaran, syarat-syarat, larangan, dan sanksi pendakian bisa dicek langsung di websitenya di https://bookingsemeru.bromotenggersemeru.org/index/blog. Karena sering ada update/perubahan.
ITINERARY
Saat pendakian kami, batas waktu masih dibatasi sampai 3 hari 2 malem. Padahal, beberapa kali ngobrol sama kawan yang sudah pernah naik Semeru. Pendakian paling nyaman adalah 4 hari 3 malem, jadi hari pertama Ranu Pani – Ranu Kumbolo, camping satu malam, lanjut hari kedua Ranu Kumbolo – Kalimati, camping satu malam sebelum summit, lalu hari ketiga, turun dari summit dari Kalimati langsung ke Ranu Kumbolo nyantae satu malem, lanjut hari terakhir turun ke Ranu Pani.
Jadi, mari kita membicarakan itinerary pendakian Gunung Semeru dengan waktu pendakian 3 hari 2 malam.
Normalnya, ada dua tempat yang biasanya dijadikan tempat untuk ngecamp, yaitu di Ranu Kumbolo dan di Kalimati. Ada dua opsi untuk tempat beristirahat selama dua malem ini. Opsi pertama, malam pertama ngecamp dulu di Ranu Kumbolo, istirahat cukup, baru paginya langsung menuju Kalimati. Sampai di Kalimati siang, masih bisa buka tenda sejak siang dan istirahat di Kalimati untuk mempersiapkan summit attack malam harinya. Jadi setelah sampai puncak, nggak ada acara ngecamp lagi. Langsung turun teruuuus sampai Ranu Pani. Keuntungannya: tentu pendakian lebih santai, dan nggak terlalu capek karena masih ada waktu istirahat dulu di Ranu Kumbolo, dan sebelum summit pun masih bisa istirahat santai-santai, tiduran, bobok syantiek sebelum jam 11 malam persiapan summit. Tapi risikonya ada dua menurut saya. Pertama, kita nggak pernah tau cuaca di gunung seperti apa. Bisa berubah begitu drastisnya. Jika pakai itinerary seperti ini, kesempatan untuk muncak hanya satu kali. Kalau hujan, badai, dan nggak memungkinkan untuk summit? Adios Mahameru! Risiko kedua, ya kalo ngecamp malem pertama di Ranu Kumbolo bisa istirahat cukup, kalau malah nggak bisa tidur? Badan makin capek, sementara kebayang itu summit Semeru memang sebegitu beratnya. 😦 Karena alasan-alasan inilah saya merayu setengah memaksa ke temen-temen satu group untuk ambil opsi kedua.
Opsi kedua, begitu mulai pendakian di Ranu Pani, langsung menuju Kalimati. Hajaaar booos. Usahakan sampai Kalimati sebelum gelap. Biar masih ada waktu walaupun hanya 3-4 jam buat merem ngelurusin punggung. Risikonya, badan diforsir di hari pertama, karena kita akan langsung ngejar untuk buka tenda di Kalimati sebelum persiapan untuk summit. Tapi setelah beres turun dari puncak Mahameru, perjalanan bakal jauuh lebih selooow. Malam kedua saat ngecamp di Ranu Kumbolo pun lebih santai karena Mahameru sudah ditaklukan! Toh apabila saat malam pertama kita summit tiba-tiba cuaca buruk, hujan atau bahkan badai. Jadi nggak memungkinkan untuk summit, kita masih punya satu malem lagi buat mencoba keberuntungan mendaki puncak Mahameru. Ya to?
Akhirnya, beginilah itinerary pendakian 3 hari 2 malem yang kami sepakati:
Senin, 31 Mei 2021
– 15.00-19.00: Check in di Homestay dan cek barang dan logistik
– 19.00-20.00: Makan malam
– 20.00: Istirahat
Selasa, 1 Juni 2021
– 06.30: Sarapan
– 07.00-07.30: Registrasi dan Simaksi
– 07.30: Briefing
– 08.00: Start hiking dari basecamp
– 14.00: Tiba di Ranu Kumbolo
– 14.00-14.30: Istirahat dan makan siang
– 14.30: Melanjutkan pendakian
– 18.00: Tiba di Kalimati
– 18.00-19.00: Istirahat dan makan malam
– 19.00: Istirahat
– 23.00: Persiapan summit
Rabu, 2 Juni 2021
– 23.30: Summit attack
– 06.30-08.00: Tiba di puncak (include 30 menit di puncak)
– 10.30: Tiba di Kalimati
– 10.30-12.00: Istirahat, makan siang, packing
– 12.00: Menuju Ranu Kumbolo
– 14.00: Tiba di Ranu Kumbolo
– 14.00-18.00: Chiling
– 18.00: Makan malam
– 21.00: Acara bebas (jangan lasak-lasak)
Kamis, 3 Juni 2021
– 06.00-09.00: Sarapan, packing
– 09.00: Menuju basecamp
– 14.00: Tiba di Ranupani
– 14.00-15.00: Check out
– 16.00: Adios!
P.S.:
Usahakan untuk sampai di Ranupani sore hari pada hari sebelumnya, jadi registrasi untuk pendakian sudah bisa dilakukan. Misal kayak kami nih, jadwal pendakian tanggal 1 Juni, registrasi pendakian sudah bisa dilakukan sejak tanggal 31 Mei sore. Jadi tanggal 1 Juni begitu pendakian dibuka, tinggal ikut briefing (wajib) dulu, baru langsung memulai pendakian. Nggak terlalu siang.
Tapi sayangnya, Mas Tomi dan temennya baru sampai Ranupani tanggal 31 Mei malam. Jadi mau tak mau registrasi di Ranupani baru bisa dilakukan tanggal 1 Juni pagi dengan antrean yang mengular.
P.S. lagi:
Surat sehat jadi salah satu persyaratan untuk mendaki Semeru. Kalau nggak sempet buat surat sehat, di Ranupani ada Puskesdes yang melayani pembuatan Surat Sehat dengan biaya 30 ribu dan baru buka jam 08.00 WIB.
THE HIKE
Day 0 – 31 Mei 2021 (Ranupani)
Rombongan kami ada 7 orang. Saya, Bang Asta dari Medan, Adityo, Feri, dan Pola dari Bandar Lampung, lalu Mas Tomi dan Mas Haki dari Mojokerto. Karena tanggal 1 Juni tanggal merah kan tuh, tanggal 31 Mei jadi tanggal kecepit, saya ngajak Adityo dan temen-temennya dari Bandar Lampung buat sekalian jalan-jalan dulu di Malang.
Akhirnya kami berempat berangkat dari Semarang hari Minggu pagi tanggal 30 Mei, mobilan bareng karena ternyata naik mobil lewat tol cuma 5 aja dah sampe Kota Malang, dari pada naik kereta api yang menghabiskan 8 jam bahkan lebih. Dan baru ketemu Bang Asta di Malang tanggal 31 Mei sore. Perjalanan menuju Ranupani sekarang sudah sangat mudah, nggak harus seperti dulu, salut banget sama pendaki-pendaki jaman dulu saat jalan ke Ranupani belum semulus sekarang. Harus ke Pasar Tumpang dulu, naik jeep atau naik pick up sampai Ranupani.
Perjalanan dari Malang menuju Ranupani cukup 90 menit. Yaah, walaupun jalannya memang nanjak parah, dan sempet mesin mobil nggak kuat karena mobil diisi 5 orang dan bagasi penuh carrier. Turun dulu yaaa semua wan kawan.
Menuju Ranupani dari Malang melewati Tumpang, lalu terus naik sampai melewati pos sebelum memasuki Desa Ngadas. Di Pos ini mobil kami diminta untuk lapor dulu. Dicek administrasi pendaftaran memasuki Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Karena kalau mau jalan-jalan di Bromo aja, pun juga bisa lewat sini.
Setelah menunjukkan bukti pendaftaran dari website tnbts, kami dipersilakan melanjutkan perjalanan. Sudah mulai gelap, dengan stabil gigi satu, Honda B-RV abu metalik ini perlahan menembus kabut.
Tak jauh setelah meninggalkan Desa Ngadas, kita sampai di Jemplang. Tempat yang ketika siang bakal berjejer warung dan bisa juga untuk tempat parkir kalau kamu mau ke Bukit Teletubbies. Jemplang juga jadi tempat yang meninggalkan banyak memory tentang BTS Ultra 2019. Saat badan nggak berhenti menggigil setelah turun dari B29, disambung semangkok bakso panas sebelum membabat habis pasir berbisik.

Nggak lama setelah memasuki Ranupani jam 17.15, di dekat SD Negeri Ranupani kami berpapasan dengan Mas Pur, porter kami. Dijemputnya kami biarpun hanya berbekal informasi mobil dan plat nomor. Sepertinya memang nggak banyak mobil pribadi yang sampai di Ranupani sore itu.

Kami berllima, sampai di penginapan bercat warna kuning di sebelah toko souvenir. Ada tiga kamar yang sudah kami bayar untuk satu malam. Lumayan lah malem itu saya bisa tidur nyenyak sebelum pendakian kami dimulai.
Day 1 – 1 Juni 2021 (Ranupani – Ranu Kumbolo – Kalimati)
Basecamp Ranupani KM 0 – 2,125 mdpl
Kami berharap pagi itu setelah pendaftaran dibuka, kami bisa segera mendaftar dan langsung memulai pendakian. Agar matahari tak menemani kami terlalu terik, dan kami bisa sampai di tempat kami berencana untuk ngecamp, Kalimati, sebelum gelap.
Tapi ternyata pos pendaftaran juga baru dibuka sekitar jam 9 pagi. Dah gitu, surat kesehatan group kami ada yang dipermasalahin karena tanggalnya nggak jelas. Surat siapa tuh? Hey, itu aku!
Hahahaha. Jadi ceritanya, surat sehat saya sudah bener tanggal 29 Mei 2021, tiga hari tepat sebelum pendakian kami tanggal 1 Juni 2021. Nah pas saya cek ulang saat kami makan siang di Tumpang, ini tanggal 29 Mei kok mirip 19 Mei ya? Takut surat sehat saya ditolak, saya tebelin tuh tanggal jadi biar kelihatan 29.
Ya mohon maaf, sometimes shit happens. Karena beda bolpen, tentu beda warna tintanya. Tinta bolpen yang saya pake buat nebelin kelewat lebih tebel dari pada tinta bolpen asli Bu Dokter. Karena makin kelihatan palsu itu tanggalnya, jadi terpaksa saya tebelin tuh semua isian plus data diri. Alhasil surat sehat saya malah keliatan palsu bangeeeet. Astaghfirullah… sempet jantungan apa ditolak ya ini surat sehat. Dipanggil tuh saya sama petugas registrasi, dengan alotnya dia bilang kalo surat sehat saya palsu.
Plak.
Bukan, Masnya bukan saya tampar, atau mejanya juga nggak saya gebrak. Kata-kata Masnya aja yang terasa menampar integritas saya. Agak mencoba ba bi bu ngejelasin biar nggak memperlama waktu, justru dengan tegas Masnya jawab, “Ini semakin lama njenengan di sini, semakin lama njenengan kami ijinin naik.”
Yaudah lah ya, ditemenin Mas Pur saya bonceng turun ke Puskesdes yang ternyata nggak jauh dan nggak sampai lima menit diperiksa Bu Bidan, surat sakti saya terbit. Yippee kay yay!

This slideshow requires JavaScript.

Selesai pendaftaran, sekitar 30 orang yang sudah mendaftar diminta untuk ikut ke ruang briefing nggak jauh dari pos pendaftaran. Briefing ini wajib yaa, biar kita tahu update kondisi Gunung Semeru saat pendakian seperti apa, termasuk the dos and the don’ts.

This slideshow requires JavaScript.

Selesai briefing dan tepat jam 09.30 kami memulai pendakian kami dari Ranupani!

Basecamp Ranupani KM 0 menuju Pos 1 – 3.85 KM (2,125 – 2,332 mdpl) – waktu tempuh kami: 01:22:00
Dari basecamp menuju Pos 1 (yang ada warung lengkap dengan buah semangkanya) kami tempuh dengan waktu kurang dari sejam setengah. Cepet apa lama nih? Kalau ukuran saya, jalan kami sangat santai dan beberapa kali berhenti lumayan lama nungguin club eighties.
Ah iya, lupa cerita. Di group kami yang ada tujuh orang ini. Kami pecah jadi dua group. Kami berlima di depan Club Nineties (Saya, Bang Asta, Adityo, Pola, dan Feri) lalu di belakang berdua ditemeni Mas Pur adalah Club Eighties (Mas Tomi dan Mas Haki). Dah ketebak lah ya maksud dari eighties dan nineties ini? Wkwkwk.

This slideshow requires JavaScript.

Pendakian dari Basecamp menuju Pos 1 tanjakan lumayan konstan, nggak ada jalanan landai, dengan track didominasi tanah dan paving conblock yang sudah nggak teratur..

Pos 1 menuju Pos 2 – 1.35 KM (2,332 – 2,375 mdpl) – waktu tempuh kami: 00:35:00
Pos 1 menuju pos 2 jaraknya deket aja, jadi kalau memang mau beli jajan atau sekadar duduk-duduk mungkin jangan terlalu terlena di salah satu pos, biar perjalanan nggak terlalu siang. Waktu tempuh kami pun hanya setengah jam aja nih.
Dari pos 1 menuju pos 2, perjalanan sangat nyaman. Lebih landai ketimbang perjalanan menuju Pos 1 dari Ranupani tadi.

This slideshow requires JavaScript.

Pos 2 menuju Pos 3 – 2.80 KM (2,375 – 2,451 mdpl) – waktu tempuh kami: 01:00:00
Memasuki Pos 3, dengan jarak hampir 3 kilo dapat kami tempuh dengan waktu satu jam. Ingat, sampai di Pos 3 kami masih sering nungguin Club Eighties di belakang, dengan tanjakan yang masih konstan tapi nyaman. Perjalanan menuju Pos 3 masih bisa saya bilang santai lah.

This slideshow requires JavaScript.

Di Pos 3 kabut mulai turun. Terik matahari yang sampai pertengahan menuju Pos 3 mulai tertutup kabut, dingin mulai terasa di kulit. Sesekali bibir bagian atas terasa basah keringat bercampur embun.

Pos 3 menuju Ranu Kumbolo – 3.75 KM (2,451 – 2,400 mdpl) – waktu tempuh kami: 01:50:00 (Pos 4 kami skip)
Meninggalkan Pos 3, kami memang berniat langsung istirahat di Ranu Kumbolo. Karena badan masih seger untuk nanjak, dan cuaca juga sejuk sejak kabut mulai menemani perjalanan kami.
Setelah berjalan setengah jam lebih, samar-samar di balik pepohonan sebuah danau kehijauan sudah mulai terlihat. Dikelilingi bukit kecoklatan dan ditutupi sebagian awan membuat danau itu terlihat syahdu, tenang.
Kaki semakin semangat mengejar Ranu Kumbolo. Seharusnya pada posisi ini, puncak Mahameru dapat kita lihat. Tapi siang itu, tertutup awan dan kabut.

Tak jauh sejak kami mulai disambut Ranu Kumbolo, ada turunan ke arah danau, berseberangan menghadap camping ground dengan rerumputan yang bisa kami jadikan tempat istirahat sebentar. Sekalian menunggu Club Eighties menyusul.

Nggak lama setelah Club Eighties sampai, kami segera melanjutkan perjalanan kembali. Semakin semangat, semakin sering senyum-senyum sendiri. Nggak sabar badan ini rebahan di tepi Ranu Kumbolo.
Pos 4 sebetulnya sudah dekat dengan Ranu Kumbolo, jadi untuk apa berlama-lama lagi, tinggal menuruni bukit aja!

Tepat setelah kita menuruni bukit, kita sampai di daerah lapang yang diapit bukit, hampir penuh dengan ilalang dan dipenuhi Verbena Brasiliensis Vell yang bermekaran warna ungu gelap. Area ini sekarang sudah dilarang untuk mendirikan tenda. Dulu, area ini memang sempat dijadikan camping ground. Tapi sudah dilarang karena posisinya yang diapit dua bukit, membuat angin menerjang area ini lebih kencang. Banyak yang terserang hipotermia saat bermalam di sini.

This slideshow requires JavaScript.

Dan akhirnyaaa, setelah tanjakan akhir yang tak seberapa, sampailah kami di Ranu Kumbolo pukul 14:20! Total membutuhkan waktu 4 jam 45 menit dari mulai meninggalkan Ranupani dan menempuh total 11.75 kilometer. Lama apa cepet nih? Kalo menurut saya, ini pendakian yang sangat nyaman, santai, banyak ngobrol, banyak haha hehe, banyak istirahat. Dengan cuaca yang berkabut di sepertiga akhir membuat saya sangat menikmati pendakian sampai di Ranu Kumbolo.
Ranu Kumbolo
Selain makan siang, kami beristirahat lumayan lama di sini, nggak rela aja buru-buru dengan view seasik ini.
Asta at Ranu Kumbolo
Thanks for this snap, @artdhyasta.
Kalau nggak inget kami harus ngejar sampai di Kalimati sebelum gelap, tanpa sadar mungkin tau-tau dah mau makan malem aja saking enaknya suasana Ranu Kumbolo.
Akhirnya, nggak usah beralama-lama kita terbius di Ranu Kumbolo, jam 15.30 pendakian kami lanjutkan kembali. Saatnya mendaki tanjakan tjinta!
Ranu Kumbolo menuju Cemoro Kandang – 2.5 KM (2,400 – 2,445 mdpl) – waktu tempuh kami: 01:45:00 (Melewati Oro-Oro Ombo)
Tanjakan tjinta adalah tanjakan yang tepat berada di balik camping ground Ranu Kumbolo. Berkat tanjakan inilah, camping ground di sisi barat Ranu Kumbolo tidak sedingin camping ground sebelah utara Ranu Kumbolo yang sudah ditutup.
Ada mitos tentang Tanjakan Cinta ini,  yang katanya jangan menoleh ke belakang selama mendaki. Tapi dengan view sebagus ini, saya lebih suka kalau tanjakan ini disebut Tanjakan Cinta justru saat kita menoleh ke arah Ranu Kumbolo, viewnya akan membuat siapapun jatuh cinta.

Dan setelah tanjakan yang aduhai ini selesai kita daki, bertemulah kita dengan Oro-Oro Ombo.Ah, Oro-oro ombo. Dari setiap langkah pendakian menuju Mahameru, melintasi Oro-Oro Ombo ini adalah yang paling saya sukai. Sore itu, matahari sudah tak terlihat. Masih jam 4 sore tapi suasananya serperti sudah mau maghrib. Apa karena saya lagi di Jawa Timur ya? Matahari memang sudah sewajarnya kalau terbenam lebih dulu.

Oro-Oro Ombo dipenuhi dengan Verbena Brasiliensis Vell, tanaman yang sering dikira lavender ini sebenernya adalah hama, berwarna ungu menjulang tepat setinggi badan saya. Sebenernya ada dua jalur untuk melewati Oro-Oro Ombo. Jalur lama yang kami lewati, harus menghadapi turunan tajam terlebih dulu, baru kemudian sampai di padang savana yang saat pendakian di bulan Juni seperti kami, akan dipenuhi Verbena Brasiliensis Vell yang sedang bermekaran.
Jalur satunya, mengitari padang savana dengan turunan sedikit demi sedikit, tentu, tak perlu menyiksa lutut.
Tapi, percaya sama saya. Turunlah ke savana ini…

This slideshow requires JavaScript.

Di ujung Oro-Oro Ombo kita akan disambut dengan Cemoro Kandang! Yeay.
Cemoro Kandang
Cemoro Kandang menuju Jambangan – 2.3 KM (2,445 – 2,725 mdpl) – waktu tempuh kami: 01:30:00
Hari semakin sore, tapi anehnya langit yang kami kira semakin gelap justru setelah kami meninggalkan Cemoro Kandang terasa semakin cerah. Cahaya matahari yang terakhir kami jumpai mulai tertutup kabut jauh sebelum sampai di Ranu Kumbolo, kini kembali terasa menyilaukan lagi. Langit kembali cerah.
Selain itu, tenaga kami pun semakin surut. Selalu ajaaa ada yang ngide, “Yuk, duduk dulu bentar, sambil nungguin Club Eighties.” “ Yuk, habis tanjakan ini leyeh-leyeh dulu, sambil nungguin club eighties,” atau “Gaes, bentar aku betulin carrier dulu.” Etapi sambil nyari tempat buat ndlosor.

Perjalanan 90 menit menuju Jambangan, saya resmi sematkan menjadi perjalanan paling banyak duduk-duduknya. Gara-gara langitnya cerah lagi kali ya, jadi kerasanya masih siang. Padahal udah mulai jam 5 lebih, lupa kalau ada target sampai di Kalimati sebelum gelap. Ehehehehehe.

This slideshow requires JavaScript.

Beberapa puluh meter sebelum sampai di Jambangan, Mahameru yang sedari tadi mungkin mengamati kami, mulai nampak di balik pepohonan.
“Mahameru!” Sambil saling tunjuk kami dibuat kegirangan. Mahameru membuat tenaga kami kembali terisi. Senyum-senyum yang dari tadi menghiasi muka kami hanya mencoba menipu rasa lelah, berubah menjadi senyum kegembiraan. Foto bentar kami di Jambangan dengan latar belakang Mahameru, sebelum langsung bergegas.
Kalimati sudah dekat! “Oey Mahameru! Tunggu kami ya, kami mau sampai.”
Mahameru!! Tungguin kami yaaaa.
Lanjut ke bagian dua ya gaees.

One thought on “Sebuah Perjalanan ke Puncak Abadi Para Dewa, Mahameru: Bagian Satu

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.