Berburu Kuda Liar di Puru Kambera

Pagi pagi setelah kami beberes untuk mempersiapkan kepulangan, kami sarapan di restaurant hotel kami di Hotel Elvin. Seperti biasa, Helmi, tour guide kami, nggak ikut sarapan bareng kami. Tapi untungnya hari itu dia nggak seterlambat biasanya.
Setelah kami memastikan nggak ada lagi barang dan harga diri yang tertinggal, kami memasukkan semua barang bawaan ke masing-masing mobil yang akan mengantar kami. Tujuan kami di hari terakhir perjalanan kami di Pulau Sumba adalah Puru Kambera.
Apa yang menarik dari Puru Kambera sih Mas Bardiq?
Kuda liar.
Selain kuda liar, savana hijau secantik ini yang menanti kita di Puru Kambera.
Ketemu beberapa ekor.
Yes, sering saya lihat banyak lukisan kuda kuda berlari di padang rumput yang luas, dengan banyak pepohonan di kiri kanannya. Nah, kurang lebih seperti itulah gambaran dari Puru Kambera. Tapi, nyatanya mendapatkan foto seperti itu tidaklah mudah. Huhuhuhu..
Kami sampai di Puru Kambera sekitar jam 9 pagi. Sekitar 30 menit waktu yang kami tempuh. Puru Kambera yang berupa padang rumput luas dengan banyak pepohonan yang menggerombol di beberapa bagian membentang di depan mata.
Kami turun dari mobil dan mulai bersiap untuk berjalan kaki. Yes, karena Puru Kambera itu sangat luaaaas, dan kuda yang mau kita foto itu liaaaar, jadi kita harus berjalan kaki. Pelan pelan mendekat, mengendap endap, lalu diam diam kita hap. *astaghfirullah, istighfar Bang Ipul!
Nah malah ketemunya kebo.
Puru Kambera.
Moto opo Bang Jop?
Sneaky photographer. Photographed by: @PrabowoAdityo
Geng kami. Photographed by: @PrabowoAdityo
Pak Adit.
Apa mudah untuk memotret mereka? Jawabannya, tidak. Namanya aja kuda liar. Mereka tidak familiar dengan manusia. Ketika dari kejauhan kita sudah bisa melihat sasaran. Pelan pelan kita mendekat, nah seketika itu mereka udah bisa mencium gerakan gerakan mencurigakan, larilah mereka. Saat yang paling pas untuk mengunjungi Puru Kambera, untuk memotret gerombolan kuda liar yang sedang berlarian atau sedang ngobrol ngobrol santai di dekat kubangan adalah pada musim kemarau. Kenapa begitu? Auk dah, kujuga nggak paham. Wkwkwkwkwwk. Becanda bro. Jadi, saat musim kemarau sumber air yang biasanya dijadikan tempat para kuda liar ini ngegosip mulai berkurang, makanya mereka jadi lebih mudah ditemukan, terkadang nggak perlu menjelajah terlalu jauh, gerombolan kuda liar ini udah bisa kita temukan.
Karena susah ngefotoin mereka, maka waktu yang kalian spare buat di Puru Kambera menjadi tidak dapat diprediksi. Susah nggak nemuin mereka Mas Bardiq? Kalo untuk nemuin sih nggak susah, karena dari kejauhan kita bisa lihat kuda kuda ini berlarian. Tapi kalo buat motion, beeegh. Harus pake lensa tele kali ya. Atau harus ngendap endap dulu dan nyamar di semak semak. Susah Pak. Lari mulu kita deketin. Tapi dari kejauhan bisa kita lihat sih, segerombolan kuda ini berlarian. Kami yang akhirnya menyerah ngikutin mereka pun akhirnya puter balik ke parkiran mobil. Selain itu waktu kami juga nggak banyak hari itu. Pesawat kami meninggalkan Waingapu menuju Denpasar, menggunakan Wings Air, take off jam 11:40. Belajar dari geng sebelah yang ketinggalan pesawat, jam 09.30 kami sudah menuju ke bandara.

This slideshow requires JavaScript.

Dan berakhirlah perjalanan kami selama tujuh hari di Pulau Sumba. Perjalanan yang luar biasa campur aduk. Biarpun sering dongkol dengan tour guide kami, tapi kami tetep happy!
Bandara Umbu Mehangkunda, Waingapu
Bandara Umbu Mehangkunda, Waingapu
Terima kasih untuk yang sudah ngikutin perjalanan kami di Pulau Sumba. Sumba is definitely worth more than one visit. Kali ini kami telah menyaksikan atraksi keindahan Sumba Ijo, dan wajib kayaknya untuk dikunjungi saat berubah jadi coklat. Well, mari menabung biar bisa terus jalan jalan.
Click here to read all of my Sumba stories.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.