Tujuh Hari di Sumba Ijo!

Salah satu trip dalam negeri yang udah saya pinginin dari beberapa tahun terakhir nih: Sumba! Dan ternyata emang akhir-akhir ini emang lagi happening banget. Dulu, kendala saya tentu transportasi. Gara-gara trip ke Kepulauan Derawan tahun 2015 dulu, saya jadi agak males kalo diajak ngetrip dalam negeri. No, bukan saya yang nggak mau explore Indonesia. Tapi karena biaya tiket pesawatnya. Dulu pas ngetrip ke Kepulauan Derawan, saya masih tinggal di Medan. Travel mates waktu itu sebagian dari Jakarta, sisanya dari Balikpapan. Jadi ketika biaya untuk tiket pesawat kita bandingin, saya kena (jauh) lebih mahal. Karena dari Medan harus transit di Jakarta dulu. Lebih mahal hampir 2 juta!
Please also read: Ke Sumba Backpackeran vs Join Trip Planner
Jadi ketika saya sudah pindah ke Semarang, mulai kasih kode-kode nih buat ngajak explore Indonesia, dan ajakan saya buat ke Sumba disambut baik sama Adityo dan Prayoga. Tinggal cari temen jalan lain, cari tanggal, dan berangkat ke Sumba!
Pulau Sumba adalah salah satu pulau di ujung Selatan Indonesia yang menjadi salah satu dari gugusan pulau di provinsi Nusa Tenggara Timur. Jangan salah dengan Pulau Sumbawa ya. Pulau Sumbawa berada di ujung timur NTB, sedangkan Pulau Sumba sudah masuk ke provinsi NTT, lebih ke tenggaranya lagi.
Ada apa di Pulau Sumba sih Bar? Pantai? Snorkling snorkling? Nah! Sumba itu lengkap banget. Mau wisata pantai, banyak! Bosen pantai? (Yakin bosen sama pantai di Indonesia?) Ada air terjun yang masih asri banget. Dan yang pasti padang rumput berbukit bukit sepanjang mata memandang, terutama di Sumba Timur. Uniknya, musim apa saat kamu mengunjungi Pulau Sumba, kamu bakal ketemu Pulau Sumba dengan wajah yang berbeda. Saat musim penghujan, bulan-bulan Desember-Februari yang intensitas hujannya tinggi, Sumba bakalan berwarna hijau. Datanglah saat musim kemarau, sekitar bulan Juli-September, maka Sumba yang kamu temuin akan berwarna coklat. Jadi memang nggak cukup sekali buat melalak ke Sumba! Kali ini kami berkesempatan untuk berkenalan dengan Sumba Ijo.
Rencana awal saya untuk explore Sumba adalah sekitar bulan Maret sampai Mei. Karena antara bulan-bulan ini ada tanggal merah, juga musim hujan udah mulai lewat. Jadi selain libur satu minggu yang bisa dihemat dengan cuti empat hari saja, juga menghindari bulan-bulan yang rawan hujan. Tapi, ajakan berangkat ke Sumba datang lebih cepat. Sekitar pertengah bulan Desember 2017, saya diajak ikut Lombok Marathon, beberapa temen yang ikut Lombok Marathon ini lagi kuliah, jadi karena Lombok Marathon pas banget waktunya sama jadwal libur kuliah mereka, habis Lombok Marathon mereka ngajakin trip ke Sumba. Keuntungannya, tentu di biaya perjalanan yang lebih murah. Paling enggak menghemat pulang-pergi dari Semarang ke Denpasar, sebelum habis itu lanjut ke Sumba.
To be honest, awalnya saya menolak ajakan mereka untuk lanjut explore Sumba setelah Lombok Marathon. Saya masih kekeuh buat berangkat bulan Maret-Mei 2018. Bahkan saya udah beli tiket pulang Lombok-Surabaya hari Minggu sore setelah Lombok Marathon. Baru habis itu dilanjut naik bus dari Surabaya ke Semarang. Saya mulai goyah karena pas lagi nonton di bioskop muncul trailer film Susah Sinyal, ngiming-iming banget tuh trailernya. Pulang dari nonton saya browsing lebih jauh tentang Sumba, terutama tentang transportasinya. Yang ternyata, karena Sumba dibagi menjadi empat kabupaten: Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, dan Sumba Timur, maka explore dari ujung Barat Daya ke ujung Timur paling enak dikerjain satu arah, alias nggak bolak balik. Kebetulan, dalam satu pulau Sumba terdapat dua bandara yang melayani rute bolak balik dari Denpasar yaitu bandara Tambolaka di Tambolaka (Sumba Barat Daya) dan bandara Umbu Mehang Kunda di Waingapu (Sumba Timur). Artinya perjalanan ke Sumba paling asik kalo landing di salah satu bandara tadi dan take off di bandara yang lain. Yes, nice overland trip! Nah, kalo ngetrip sendirian, transportasi dari Tambolaka ke Waingapu yang ribet. Kalo bareng-bareng, bisa lebih murah karena bisa dibagi rata. Akhirnya, saya harus ngecancel tiket Lombok-Surabaya saya, dan ikut bergabung di perjalanan menakjubkan di Pulau Sumba!
Setelah browsing sana sini, dan mempertimbangkan banyak hal. Akhirnya kami sepakat untuk gabung salah satu trip planner dan minta extend dari paket yang awalnya mereka tawarin selama 5D4N untuk menjadi 7D6N. Kenapa kami minta extend? Karena trip kami dimulai hari Senin setelah kami beres Lombok Marathon. Kalo kami ambil paket 5D4N, trip kami berakhir hari Jumat. Padahal hari Jumat itu pasti nggak sampe seharian, karena pagi udah persiapan buat balik ke kota masing-masing. Padahal kami masih punya hari Sabtu dan Minggu buat dimanfaatin. Dengan mengextend menjadi 7D6N, cuti lima hari saya tidak sia-sia: explore Sumba penuh sampai hari Minggu. Oiya, kalo kamu juga bingung bandingin antara backpackeran atau gabung trip planner, bisa mampir ke sini ya.

This slideshow requires JavaScript.

Introducing My Travel Mates! Ada Adityo dan Raja dari Palembang. Prayoga, Anes, Jopur, dan Franky dari Jakarta, lalu saya sendiri dari Semarang.
Come on, check our trip out! Just hit each place to read the stories.
Day 1: Pantai Kita/Mananga Aba
Day 2: Pantai Mandorak, Danau Waikuri (Weekuri Lagoon), Pantai Ratenggaro
Day 3: Tanjung Radar, Pantai Watu Maladong, Pantai Mbawana
Day 4: Watukaka, Pantai Watubela, Kampung Adat Praijing
Day 5: Rambu Chiko Artshop, Bukit Warinding, Pantai Tarimbang, Bukit Lailara
Day 6: Bukit Mau Hau/Persaudaraan, Air Terjun Waimarang, Pantai Walakiri
Day 7: Puru Kambera