Norway, a Country with Thousands of Fjords

Sebagai penduduk Negara tropis, melihat gunung-gunung besar yang berjejer dengan fjord yang membanjiri kaki-kakinya menjadi suatu pengalaman yang tak bosan-bosannya saya ceritakan. Apaan tuh Fjord? Kita tentu asing dengan istilah ini. Daerah perairan kita lebih familiar dengan laut, danau, sungai, atau selat. Nah, Fjord sendiri memang berasal dari bahasa Norwegia. Fjord adalah semacam teluk yang berasal dari lelehan glacier.
Aurlandsfjord from Brekkefossen, Flåm.
Ketika lagi bosen di kantor, lagi nggak ada kerjaan, salah satu tab Firefox saya sering buka boredpanda. Website yang isinya sebenernya mirip mirip Kaskus gitu sih. Bahkan 9gag sendiri kadang ngerepost postingan boredpanda.
Sore itu di tengah-tengah kenggakadakerjaan, saya buka salah satu artikel di boredpanda, “10+ Fairy Tale Villages That You Can Actually Visit”. Dari puluhan lokasi yang muncul, ada dua tempat yang paling menarik perhatian saya. Yang pertama adalah Gásadalur di Faroe Islands, dan satu lagi Reine dan Hamnøy di Norway. (Jadi tiga dong ya, nggak cuma dua).
Reine.
Hamnøy
Cuma dari artikel ini akhirnya saya browsing tentang Reine lebih lanjut. Reine berada di Lofoten Islands, Northern Norway. Makin jauh saya browsing, makin excited dengan alam Lofoten Islands! Cerita lengkap tentang Lofoten Islands bisa kamu baca di sini ya! Walaupun akses untuk sampai di Lofoten Islands bisa saya bilang luar biasa jauh, dan luar biasa mahal. Akhirnya Reine dan Lofoten Islands cuma masuk ke dalam salah satu daftar tempat yang saya idam-idamkan buat saya kunjungin suatu saat nanti. Nah, obrolan tentang Lofoten Island muncul ke permukaan saat saya dan Adityo (dan Prayoga) mulai membahas satu trip buat hunting Aurora Borealis. Waktu itu Iceland adalah #1 di trending topic kami, tapi tiba tiba saya teringat tentang Reine. Tentang indahnya Lofoten. Lofoten sudah berada di dalam Arctic Circle, sudah sangat cukup untuk urusan berburu Northern Lights. Setelah saya pamer pemerin ke Adityo, dia pun setuju menggeser Iceland ke Norway. Cerita tentang Northern Lights ini sudah saya bahas lengkap di sini ya.
Northern Lights above Djupvik.
I always love the crisp of autumn, suasana ketika pepohonan dan rerumputan menguning, jalanan yang penuh daun berguguran. Meskipun peruntungan untuk berburu Northern Lights di Norway jauh lebih baik ketika winter, mengingat sebenernya cuaca saat autumn di Norway lebih unpredictable. Saya tidak memilih winter, karena perjalanan saat winter akan lebih repot, barang bawaan lebih banyak, dan juga costnya pun extra. Selain itu alam Norway sangat disayangkan jika kita tidak mendaki gunung-gunungnya. Banyak tempat hiking ditutup saat winter, so autumn is our best option. We chose September.
September di Norway punya perbandingan waktu siang dan malam yang sangat pas menurut saya. Siangnya masih relatif lama, dan malamnya pun pas sekali buat istirahat. Saat kami di sana, adzan maghrib (mulai gelap) itu jam 20.30, dan baru isya (gelap sempurna) jam 22.00. Sedangkan adzan subuhnya sekitar jam 04.20, dan jam 05.00 udah mulai terang. Jadi untuk hiking pun kami merasa lebih tenang karena nggak diburu buru gelap terlalu cepat, malamnya kami masih punya waktu untuk nungguin Northern Lights sebelum beristirahat.
Me (soon) dipping in Blåvatnet, Lyngen.
Norway merupakan Negara yang sudah mepet di kutub utara. Memiliki empat musim yang sebenernya nih, (hasil ngobrol dengan orang sana) empat musimnya sudah berbeda dengan Negara-negara berempat musim kebanyakan, karena winter mereka jauh lebih lama. Sejak akhir Oktober winter udah mulai datang, siang hari sudah semakin pendek. Semakin ke utara, dalam satu hari gelapnya akan semakin panjang. Sekitar akhir November sampai awal Februari, Norway bagian utara sampai terus-terusan gelap tanpa muncul matahari. The Northerners call it: The Polar Night.
Setelah periode winter yang gelap berakhir, salju masih tetap menutupi sebagian besar Norway (khususnya utara) bahkan sampai pertengahan bulan April. Mulai bulan April dan Mei salju mulai mencair, bunga-bunga bermekaran, daylight pun semakin panjang. Sebelum kemudian memasuki tiga bulan summer yang membuat Norway ramai turis, mostly they hike. Nah, setelah gelap menutupi Norway sepanjang bulan Desember dan Januari, gantian saat summer matahari selama 24 jam terus-terusan menyinari Norway. Bahkan ada matahari saat tengah malam, Midnight Sun. Makanya, banyak orang datang ke Norway saat summer untuk hiking, karena alam Norway yang menawarkan banyaaaak banget tempat luar biasa untuk hiking. Selama di Norway kemarin, saya sempet hiking di beberapa tempat. Ayok, klik di sini untuk baca-baca tempat hiking serunya ya.
Mount Ryten, Lofoten Islands.
Norway merupakan negara dengan 18 daerah administrasi yang mereka sebut dengen County, kalau di Indonesia semacam provinsi gitu dan dipimpin  oleh seorang Governor. Masing-masing County memiliki beberapa Municipality, kalo di sini kota atau kabupaten yang dipimpin oleh seorang Mayor. Dari ke-18 County, total ada 422 municipalities. Saya sendiri selama 15 hari di Norway sempat mengexplore 13 Municipalities dan 5 Counties. Baru sebagian kecil ya? Moga-moga suatu saat bisa explore sisanya.
Setelah memutuskan untuk ke Norway, dan menjalani proses panjang menyusun itinerary (which you can read the story about arranging the itinerary here, akhirnya kami memutuskan untuk membuat jalur memanjang dari Bergen-Oslo-Lofoten hingga Lyngen. Perjalanan dari Bergen sampai Oslo ini terkenal dengan istilah Norway in A Nutshell (NiN) yang tersedia buat para turis yang hanya sebentar di Norway tapi ingin melihat Norway secara sepintas tapi lengkap, bisa kamu hemat dengan nyusun trip NiN sendiri, baca di sini tentang menyusun trip NiN.
Our journey route.
Kalau dibentangkan di map, kurang lebih seperti ini perjalanan 18 hari saya dimulai dari Bergen, menyusuri Nærøyfjord and Aurlandsfjord sampai Oslo, terbang ke Bodø, mengukir Lofoten, hingga sampai di Lyngen dan berakhir dengan sembilan belas jam naik kereta api ke Stockholm.

This slideshow requires JavaScript.

Introducing my travelmate: Adityo! Yah, yang sering mampir ke blog saya pasti juga udah apal sama si Adit, muncul mulu mukanya. Obrolan awal emang Prayoga ikut ke trip ini, tapi karena sepanjang tahun 2018 dia lagi sibuk ngurusin lulusan kuliah, jadi terpaksa dia cabut dari geng. Ada beberapa nama yang muncul dan minta diajak di trip ini. Tapi karena alesannya masing-masing, akhirnya tinggal saya dan Adityo juga yang berangkat.
Mengexplore Norway, Negara ribuan fjord yang didampingi gunung-gunung menjulang tinggi, dengan suhu yang terasa menusuk tulang adalah suatu experience dalam hidup saya yang akan terus melekat. Akan terus meninggalkan banyak memori yang terkadang saat saya menutup mata, saya merasa masih berada di tepi Reinefjord, memandang rorbuer dengan warna-warna khasnya. Atau berada di puncak Mount Fløya: menikmati sore sehabis hujan dan merasa kota Svolvær berada tepat di bawah kaki saya. Dan saat saya memejamkan mata lebih lama, tak lagi gelap yang terlihat, karena semburat cahaya didominasi warna hijau dengan sesekali warna ungu tiba-tiba menjalar di depan mata. Merasa diri saya masih memandang langit malam di atas Lyngen.
Jægervatnet, Lyngen.
Mari, saya ceritakan lebih banyak lagi di sini…
Day 0: Semarang, Singapore, Bergen
Day 1: Bergen, Voss
Day 2: Voss, Flåm
Day 3: Flåm, Oslo, Bodø
Day 4: Bodø, Moskenes
Day 5: Lofoten Islands (Å, Munken, Reine)
Day 6: Lofoten Islands (Reine, Fredvang)
Day 7: Lofoten Islands (Henningsvær)
Day 8: Lofoten Islands (Henningsvær, Svolsvær)
Day 9 and 10: Bardufoss, Nordkjosbotn
Day 11: Kåfjord (Djupvik)
Day 12: Lyngen (Jægervatnet)
Day 13: Tromsø
Day 14 and 15: Tromsø, Narvik

Day 1 in Stockholm
Day 2 in Stockholm