5 Hari Trip di Jepang (Day 0-Day 2)

Day 0 (16 April 2016) – Medan, Kuala Lumpur, Tokyo

Pesawat kami berangkat dari Kuala Lumpur hari Sabtu 16 April 2016 jam 2.30 sore. Jadi rencana saya pesawat pagi aja dari Medan, biar nggak perlu nginap di Kuala Lumpur. Saya beli tiket AirAsia Kualanamu-KLIA jam 08:00. Sampai di KL (seharusnya) jam 10:00 waktu Malaysia. Baru tiba-tiba dapat notif kalau flight Kualanamu-KLIA saya direschedule jadi jam 09:00. Mundur sejam, agak was was juga kalau misalnya kena delay. Tapi setelah telponan sama Mbak Mbak Call Center AirAsia, mereke jamin masih sempat, kalo ada kendala delay/cancel yang bikin saya ketinggalan pesawat ke Haneda, mereka bakal ganti di next flight free. Lega deh.
Sampe di terminal KLIA2 jam 11:00 siang. Saya ketemuan dengan travelmates, makan siang, dan sempet beli Subway buat bekal makan malem, karena flight kami 8 jam dan baru landing jam 11 malem. Yang ternyata baru 2 jam kami terbang, bekal makan malem udah ludes. Laper mata sih sebenernya.
Pesawat kami on time, jam 02 lebih kami boarding dan pesawat take off menuju Haneda.
Kami sampai di Haneda tepat jam 11 malem. Berdasarkan hasil kami browsing, ada kereta api dari Haneda Airport ke stasiun Shinagawa paling akhir jam 12an. Kami sebetulnya masih buta di mana hotel kami ini. Dan ketika sampe Haneda Airport jam 11 malem, kami masih berharap bisa naik kereta itu. Tapi ada insiden di imigrasi. Saya lewat pengecekan di imigrasi dengan lancar. Ada form yang kita isi sebelum landing di Haneda tentang barang bawaan kita, termasuk berapa uang yang kita bawa. Formulir saya dibaca petugas imigrasi dan nggak ada masalah. Tapi lama saya nunggu di luar gate imigrasi, Adityo sama Prayoga kok nggak nyusul nyusul. Apa form mereka ada masalah? Padahal kami ngantrinya berurutan, saya  yakin mereka berdua di belakang saya kok. Mulai panik lah. Nyari sinyal WiFi dan untungnya dapet. Saya tanya di WhatsApp, tapi nggak delivered. Saya mulai balik arah dan nyariin dua orang ini. Di sudut ada ruangan dengan jendela gede. Saya bisa lihat Prayoga di dalem situ. Kemungkinan itu pos imigrasi bandara. Mana si Adityo? Beberapa menit saya nyari nyari, muncul juga si Adityo ini pos imigrasi. Saat itu langsung kebayang mereka nggak boleh masuk Jepang, kok saya lolos? Sampe kepikiran bakalan solo travelling di Jepang. Saya kasih kode mereka buat nyalain WiFi, baru habis itu chat saya dibales Prayoga, “ditanya-tanyain masalah penginapan dan kawan kawan.” Ada sekitar 20 menitan mereka di dalem sana, baru habis itu mereka boleh ngelanjutin perjalanan. Nggak dijelasin sebenernya kenapa mereka sempet diinterogasi imigrasi Jepang. Menurut kami sih karena dua orang ini nggak bawa Yen sama sekali. Mereka kebiasaan cuma bawa USD dari Indonesia, dan habis itu baru ribet kesana sini nyari money changer. (Hehehehe, sekalian curhat nih)
Keluar dari imigrasi dan customs udah jam setengah satu. Udah kelewatan kereta api yang kami incar. Barulah kami mampir ke tourist information center. Kalau di tourist information center, saya jamin mereka bisa bahasa Inggris kok, tenang.
Kami nanya transport yang bisa kami pake untuk sampai ke penginapan. Kami kasih tunjuk alamat penginapan kami. Daerah Asakusa. Ada bus dari Haneda Airport ke Asakusa View Hotel. Jam 1 pagi baru berangkat. Dan perjalanan sekitar satu setengah jam.  Jauh juga ternyata . Di tourist information center ini kami juga beli Tokyo Subway Pass for Tourist. Ada tiga jenis kartu pass. Warna merah, 24 jam seharga 800 yen. Warna biru, 48 jam seharga 1200 yen, dan warna kuning, 72 jam seharga 1500 yen. Kami pilih tourist pass 24 jam dengan harga 800 yen. Karena hitungannya jam, jadi dihitungnya mulai pertama kali kita pakai kartunya. Hari pertama kami berencana keliling Tokyo, hari kedua pagi kami rencana ke Hakone lewat Shinjuku dengan kereta api direct Odakyu Romance Car. Jadi nggak sampai 24 jam kita keliling Tokyo, karena hari kedua pagi kami udah ninggalin Tokyo. Mulai 26 Maret 2016 Tokyo Subway Pass ini berubah dari yang sebelumnya dihitung satu, dua, dan tiga hari menjadi dihitung per jam. Lebih efektif!
Cerita tentang Odakyu Romance Car nanti saya ceritain pas perjalanan ke Hakone ya. *wink
Setelah mampir ke tourist information center, di sebelahnya ada counter SIM Card Docomo. Sekallian lah kami mampir dulu.
Bus dari Haneda Airport sampai Asakusa View Hotel adalah Limousinebus. Makin malam harganya makin mahal. Kami beli tiket dengan harga 1860 yen per orang.
Akhirnya kami sampai di Asakusa View Hotel jam 2.30 pagi. Ternyata hotel kami deket banget sama Asakusa View Hotel, cuma 50 meter dan nyebrang sekali. Pintu penginapan dikunci dengan code door lock, dan kode kunci untuk buka pintu hotel sudah diemail beberapa hari lalu. Sudah ada amplop dengan nama saya di receptionist, lengkap sama instruksi dan kunci ke kamar kami. Satu kamar ada sekitar 50 capsule. Capsule hotel ini nggak kayak yang saya bayangin videoclip Read My Mind-nya The Killers (Yes, I am a victim), yang bentuknya kayak oven. Karena temanya Samurai jadi capsule hotel ini konsepnya Jepang abis. Pintu capsulenya pakai noren curtain, gorden dari kain khas Jepang yang biasanya dipakai di pintu masuk suatu tempat, dan nggak sampai bawah, ngatung. Kalo di Naruto sih noren ini digantung di pintu masuk warung ramen. Nah di Khaosan Tokyo Samurai, noren ini dijadiin pintu masuk capsule. Di dalemnya udah disiapin futon. Ada tutorial cara nata futon yang bener. Ada kata-kata di tutorial menata futon dari penginapan ini keinget terus sampe sekarang, “Sandwich yourself.”
Di penginapan ini saya pertama nyobain washlet. Washlet itu Water Closetnya khas Jepang yang didesign khusus. Banyak banget tombol-tombolnya. Buat nyemprot air, bisa diukur tekanannya, ada ngeluarin angin-angin, untuk cewek pipis juga ada semprotan airnya sendiri, bahkan beberapa washlet ada yang bisa ngeluarin musik.
 Day 1 (17 April 2016) – Tokyo City Tour
Hari pertama kami di Tokyo! Dan kami kesiangan. Karena malam baru tidur jam 3 pagi, ternyata jam 5 pagi udah terang. Rencana kami mulai gerak dari penginapan jam 7, akhirnya baru siap jam 8. Kami mampir sebentar di receptionist buat bayar dan nigisi administrasi. Mereka bisa bahasa Inggris, jadi sekalian kami ngobrol sebentar.  Kami keluar penginapan, dingin banget. Anginnya juga kenceng, mendung. Saya bali klagi ke kamar buat ngambil jaket.
Mungkin karena hari Minggu, jam 8 lebih di Tokyo sepi banget. Rencana kami pertama adalah ke tempat yang paling dekat dengan penginapan, Sensoji Temple. Kami mampir dulu di mini market dekat penginapan buat beli sarapan, onigiri sama kopi. Sensoji Temple ini deket dari penginapan, sekitar 1 killo, jadi kami jalan kaki aja sekalian sightseeing. Ada beberapa taman yang kami lewatin, inilah pertama kali kami lihat pohon sakura!

This slideshow requires JavaScript.

Dari Sensoji Temple kami ngelewatin Nakamise Street. Satu jalan dengan banyak pertokoan buat beli oleh-oleh. Tapi kayaknya karena kami kepagian, atau karena hari Minggu, nggak ada toko yang buka.
Dari Nakamise Street kami menuju Ueno Park. Kami naik dari Tawaramachi Station. Inilah stasiun paling dekat dengan penginapan kami. Satu stasiun ada beberapa pintu masuk. Dan kami nyasar. Hahahaha. Baru ketemu setelah beberapa menit kami muter muter nyari pintu masuk Tawaramachi Station. Momen pertama kami sadar kalau kami telat buat dapet musim sakura di Jepang adalah di Ueno Park. Ueno Park saat musim sakura adalah taman berwarna pink, karena semua pohon-pohonnya bermekaran sakura. Dan orang-orang juga pada ngumpul buat ber-hanami, atau bahasa Indonesianya menikmatin sakura. Ketika sampai di Ueno Park, sakuranya udah berguguran, sudah berganti warna dari yang kami lihat di gugel berwarna pink, jadi hijau daun (bukan nama band). Tinggal beberapa pohon aja yang masih bermekaran sakura.
Di dekat Ueno park ada Ameya Yokocho Market, pasar yang banyak jual makanan. Kami mampir bentar karena perut juga udah lapar. Kami jajan Taiyaki.  Taiyaki ini adalaha makanan khas Jepang berbentuk ikan, yang di dalemnya di sini kacang merah. Setelah dari Ameya Yokocho Market kami menuju Akihabara dari Ueno station. Dari Ueno Station sampai Akihabara station sekali jalan dan turun di Akihabara station. Pas kami keluar station, anginnya kenceng banget. Kami ke Akihabara buat beli barang titipan temen si Adityo. Jadi di Akihabara ini banyak pertokoan buat belanja mainan. Ada yang nitip alat buat ngikir gundam. Selesai beli titipan ini hujan deres banget, anginnya juga kenceng, terpaksa kami berteduh. Ketika udah mulai reda (masih hujan sih sebenernya, kami aja yang nekat) kami cari mesjid. Jauh juga sebetulnya, apalagi dengan kondisi kami yang menerjang hujan. Nama mesjidnya Assalaam. Pas nyampe, ternyata isinya orang Indonesia semua, lagi pada ngumpul. Kayaknya sih mahasiswa ya, kami sempet ditanya dari kampus mana. Hahahahaha.
Kami cuma numpang sholat sama nunggu hujan reda, kami sempet ditawarin nasi kotak. Tapi karena mereka kayaknya lagi ada acara juga, jadi pas hujan udah reda, kami melipir dan melanjutkan ke destinasi berikutnya, Hachiko Statue dan Shibuya  Crossing. Dari Akihabara station kami transit dulu di Ginza station sebelum pindah line dan turun di Shibuya. Shibuya termasuk stasiun yang besar, pintu keluarnya pun juga banyak. Hachiko Status ini ada di depan salah satu pintu keluar Shibuya station. Hachiko Statue ini rame banget orang mau poto. Jadi harus ngantri.
Dari Hachiko Statue, Shibuya Crossing ini deket banget. Ketika sampe Shibuya Crossing udah nggak hujan, bahkan tiba tiba terik dan langit cerah. Jadi kami habiskan lumayan lama di Shibuya Crossing karena asik mondar mandir nyebrang ke sana ke sini cuma buat foto. Hey, that’s what tourists do, rrrright?

This slideshow requires JavaScript.

 
Selesai dari Shibuya Crossing kami menuju Takeshita Street, ini adalah jalan dengan pertokoan yang jual makanan, pakaian, café, dan oleh-oleh. Ini jalan terpadat yang saya temui di Tokyo. Umpel-umpelan. Ada toko Daisu 100 Yen di sini. Toko yang menjual banyak jenis barang dan semua harganya 100 Yen. Saya beli beberapa oleh-oleh di sini. Termasuk beli kaos kaki karena saya baru sadar kalo saya nggak bawa kaos kaki ganti. Setelah Daiso 100 Yen, kami menuju toko oleh-oleh yang jual kaos dengan kualitas yang bagus, walaupun agak mahal sih. Nama tokonya Jeans Mate. Jeans Mate ini nggak cuma ada di Takeshita sih, sempet ketemu storenya juga di dekat Shinjuku Gyoen Garden.
Kami makan siang di Yoshinoya di dekat Takeshita, masih di dekat Takeshita. Oiya, susah untuk mencari makanan yang non-babi di Jepang. Banyak orang Jepang yang nggak bisa bahasa Inggris, kita nanya “Ham? Pork? Beef?” Mereka nggak akan ngerti. Tapi untuk “Yes, No” mereka pasti tau dong. Jadilah kami yang bertanya ke mereka pakai bahasa Jepang. Babi itu butaniku, ayam itu chikin, sapi itu gyuniku. Jadi tiga bahasa itu yang kita kombinasikan dengan bahasa isyarat. “Butaniku? No. No butaniku.” Sambil geleng geleng. “Chikin? Yes, yes, chikin yes.” Sambil kasih jempol dan ngangguk ngangguk.
Karena belum puas dengan sakura, kami lanjut ke Shinjuku Gyoen Garden. Tapi ternyata ketika sampai di sana sudah gelap, dan gerbang taman sudah ditutup. Dari Shinjuku Gyoen Garden saya sempet pisah sama Adityo dan Prayoga. Mereka masih ada barang yang perlu dicari. Jadi tujuan solo saya berikutnya adalah Nakameguro River. Nakameguro River menjadi salah satu tempat favorit buat menikmati sakura waktu malam hari. Sepanjang sungai ini di kiri dan kanannya bertaburan pohon yang ketika sakura mekar jadi pemandangan yang luar biasa. Ditambah lagi berjejer lampu untuk menerangi pohon penuh sakura saat malam.
Untuk ke Nakameguro River saya harus menuju stasiun Nakameguro yang ternyata jarak dari Shinjuku jauh. Beneran di ujung. Transit dulu sekali di Ginza station, baru habis itu ganti line yang ke arah Nakameguro. Pas saya sampe Nakameguro si Adityo ngeWA, nyuruh saya nungguin, mereka mau nyusul, nggak jadi beli barang yang tadi katanya mau cari, kemahalan katanya. Pas saya nungguin mereka nyusul saya sempet nanya sama polisi di stasiun tempat Nakameguro River. Udah pake bahasa isyarat, dan dia tetep sama sekali nggak ngerti tempat yang saya maksud. Akhirnya saya googling lah Nakameguro River dan baru saya kasih tunjuk gambar yang keluar. Baru dia ngangguk ngangguk dan nunjukin arah sungai ini.
Arigato Gozaimashita..

This slideshow requires JavaScript.

Yak, ini kedua saya sadar trip saya ke Jepang lumayan telat buat nyari sakura. Udah mulai beguguran sakuranya, dan lampu-lampu sepanjang sungai pun dimatikan.
Ada halal ramen di Asakusa, namanya Naritaya. Dekat dengan penginapan kami. Jadi sekalian pulang ke penginapan kami rencana mampir dulu di Naritaya Halal Ramen. Tapi ternyata perjalanan pulang kami jauh beneeer. Ujung ke ujung. Dari stasiun Nakameguro ke Asakusa harus transit satu kali di Ginza atau di Ueno. Dan ketika kami sampai di Naritaya, sudah tutup sodara sodara! Mana kami belum makan malem dan kelaperan. Karena memang sudah jam 10 lebih sih. Jadi kami cari toko yang masih buka dan beli roti buat ganjel perut.

Day 2 (18 April 2016) – Hakone Day One

Ketika kami mengatur jadwal untuk tiga hari pertama di Jepang.Kami memilih antara dua hari di Tokyo, lalu satu hari di Hakone. Atau satu hari di Tokyo dan dua hari di Hakone. Yes, kami bukan traveller yang too into cities. Jadi kami memilih dua hari di Hakone.
Semua perjalanan dari Tokyo ke Hakone (dari yang saya baca) dimulai dari stasiun Shinjuku. Perjalanannya bisa ditempuh dengan beberapa cara. Ada bus dan bisa juga kereta api. Kalau bus bisa pakai Odakyu Highway Bus yang berangkatnya dari Shinjuku. Atau kereta api yang juga berangkatnya dari Shinjuku. Untuk kereta api ini bisa pakai Odakyu Romance Car yang perjalanannya direct ke Hakone. Kereta apinya pun lebih bagus, karena direct tentu perjalanannya juga lebih cepat. Harganya pasti lebih mahal. Kami beli tiket Odakyu Romance Car dari webstienya di sini dengan harga 890 yen per orang. Karena pingin sampai Hakone cepat, kami reseve Odakyu Romance Car jam 7 pagi.
Kami berangkat dari hotel jam 6.15, kami estimasikan untuk sampai di stasiun Shinjuku sebelum jam 7. Cobaan pertama datang, kami mau naik kereta dari stasiun Tawaramachi, tapi nyasar. Ada 15 menit kami buang-buang waktu cari jalan. Ketika udah sampai di stasiun, cobaan kedua datang. Saya yang pegang map salah turun stasiun. Seharusnya kami turun di stasiun Ueno Hirokoji dan berpindah ke stasiun Ueno-okachimachi untuk ganti line ke arah Shinjuku. Tapi kami malah turun di stasiun Ueno. Setelah sadar salah, kami harus nunggu kereta api selanjutnya buat ke stasiun Ueno Hirokoji. Sampai kami di stasiun Ueno Hirokoji, connecting ke stasiun Ueno-okachimachi ternyata lumayan jauh. Ketika nunggu kereta di stasiun Ueno-okachimachi saja udah jam 7 kurang lima. Bye bye Odakyu Romance Car.
Sampai di stasiun Shinjuku kami merubah rencana kami. Untungnya ada Hakone Free Pass! Hakone Free Pass kami beli dengan validity dua hari. Hakone Free Pass ini kartu ajaib yang bisa kami pakai untuk keliling Hakone pake 8 moda transportasi yang berbeda. Jadi Jadi satu trip ke Hakone ini kamu bakal menaiki semua kereta api, cable car, ropeway, kapal, dan tentu saja bus. Termasuk tiket pulang pergi dari stasiun Shinjuku ke Hakone Yamoto pakai Odakyu Line, dan harus transit dulu di Odawara. Detilnya bisa dilihat disini.
Kami beli Hakone Free Pass di stasiun Shinjuku dengan harga untuk yang 2 hari 5.140 yen. Kalau mau beli yang 3 hari harganya 5.640 yen. Dan kalu beli di Odawara station, lebih murah lagi. Yang 2-day pass itu 4.000 yen, dan yang 3-day pass itu 4.500 yen.
Perjalanan kami ke Shinjuku-Odawara-Hakone Yumoto inilah kami dihadepin sama rush hournya Jepang. Orang-orang berjubel. Anak sekolah, karyawan. Semua stasiun penuh, apalagi di stasiun-stasiun besar. Kami harus berdiri dan mpet-mpetan sampai kereta api Odawara ke Hakone Yumoto, baru kami bisa duduk. Perjalanan kami ke Hakone ini kami mulai menjauh dari kepadatan kota, ngelewatin rumah rumah di pinggiran, dan mulai masuk perkampungan. Rumah-rumah yang kami lewatin ngeingetin kami sama rumah-rumah di kartun Jepang. Doraemon, P-Man, asli mirip. Di perjalanan ini juga kami mulai bisa melihat gunung Fuji! Beruntung cuaca sedang cerah, jadi gunung Fuji sesekali keliatan dari jendela kami.
Kami sampai di stasiun Hakone Yumoto sekitar jam 9.30 pagi, sekitar dua jam perjalanan dari Shinjuku ke Hakone Yumoto. Setelah sampai, ada stand makanan di stasiun, jadi saya beli dua onigiri buat sarapan. Karena tadi pagi buru-buru, jadi nggak sempet cari ganjel perut dulu.
Di stasiun Hakone ini ada locker yang lumayan besar untuk nyimpan tas kami. Jadi karena check in hotel baru bisa setelah jam 2 siang, kami bisa keliling Hakone tanpa bawa tas besar kami ke mana-mana. Ada beberapa ukuran, masing-masing ukuran ukuran locker beda juga harganya. Kami ambil satu locker yang kecil, seharga 300 yen. Bayarnya pake coin 100-an, nanti setelah uangnya pas sesuai, kita tutup pintu locker dan akan terkunci. Nanti akan keluar kartu locker berisi informasi tentang locker kita ini, termasuk code angka yang kita pake buat buka locker. Jadi kalo kode ini nggak diinput, ya pintu locker nggak bisa dibuka. Dari artikel yang saya baca tentang locker di sini, hitungan biaya locker ini midnight to midnight. Mungkin kalo udah lewat midnight pas mau ngambil harus masukin coin lagi kali ya(?)
Tujuan pertama kami setelah sampai di Hakone adalah one day trip ke Lake Ashi. Tadi saya sempet cerita kalo ketika ke Hakone kita akan menggunakan banyak moda transportasi, lengkap! Pertama kami mulai dari Hakone Yumoto naik Hakone Tozan Train yang jalannya bisa maju mundur, bahkan nanjak, dengan perjalanan sampai di stasiun Gora. Kedua, dari stasiun Gora kami ganti naik Hakone Tozan Cable Car, ini kereta khusus buat naik ke Sounzan yang lumayan curam. Ketiga, dari Sounzan kami ganti naik bus menuju Ubako. Seharusnya dari Sounzan ke Ubako bisa langsung naik Hakone Ropeway. Tapi saat itu aktivitas vulkanik di Owakudani sedang tinggi, jadi track ropeway dari Sounzan yang ngelewatin Ubako ditutup. Sebagai ganti, kami diangkut bus buat mangkas jalur gondola di Owakudani. Keempat, dari Ubako baru kami naik Hakone Ropeway sampai ke tepi Lake Ashi buat cruising. Lalu yang kelima, kami naik kapal buat menjelajah Lake Ashi. Lengkap kan?
Sepanjang perjalanan ini ada tiga titik di mana kita bisa lihat gunung Fuji dengan jelas. Pertama saat di gondola  dan dua titik lain pada saat cruising di Lake Ashi. Dari ketiga titik ini kami bisa lihat Gunung Fuji paling jelas pada saat di gondola. Ketika kami berada di Lake Ashi, mulai berkabut, dan Gunung Fuji nggak kelihatan jelas. Cruising di Lake Ashi ini dingin banget, selain suhu udara sekitar 10°C, angin juga kenceng banget.

This slideshow requires JavaScript.

Selesai one day trip Lake Ashi kami sampai stasiun Hakone Yumoto sudah agak sore, sekitar jam 3, jadi kami putuskan buat check in ke hotel dulu. Di sini kami mampir ke tourist information center. Nemu tourist information center ini juga hasil nanya sama dua orang cewek yang sama sekali nggak bisa bahasa Inggris. Sampe akhirnya mereka narik-narik kami dan nganter langsung. Mereka nanya kami nginep di mana, dan mereka nunjukin dimana lokasi penginapan kami, turun di mana, naik apa. Setelah ngambil map, kami naik bus dari depan stasiun Hakone Yamoto.
Penginapan kami dekat dengan tempat halte kami turun dari bus. Masuk gang, sekitar 100 meter. Manten no Hoshi, penginapan berbentuk ryokan lengkap dengan fasilitas onsen. Onsen adalah pemandian air panas. Selama kami di Jepang, penginapan di Hakone ini lah yang menurut kami paling seru, karena baru ngerasain penginapan gaya Jepang. Sebenernya kami pingin langsung ganti yukata dan berendam di onsen. Tapi karena belum gelap, kami memutuskan buat keliling dekat stasiun Hakone Yumoto, sekalian nunggu malam dan cari makan malem. Di dekat stasun Hakone Yumoto ada jembatan dan sungai. Kami mampir sebentar.
Salah satu tempat buat menikmati sakura di Hakone adalah di Miyagino, tepatnya di Hayakawa River. Kebetulan Miyagino ini dekat dengan penginapan, jadi kami mampir bentar. Ketika sampai di Miyagino, kami melihat pohon-pohon berjejer di pinggir sungai dan bunga sakura masih bermekaran. Aaaah, senangnya masih dikasih kesempatan bisa lihat sakura sebanyak ini.

This slideshow requires JavaScript.

Setelah itu kami mampir di Lawson, jalan sekitar 100 meter. Kami cari makan malem di sini, karena ternyata tempat ini sepi banget, kami nggak nemu tempat makan. Di Lawson kami beli chicken nugget yang satu kotaknya seharga 210 yen. Kami beli tiga kotak dengan rasa yang beda-beda. Terus kami beli nasi putih, tinggal minta dipanasin sama pelayannya, dan yak dinner is ready.
Chicken nugget di Lawson ini lah yang paling sering jadi menu kami makan. Karena trip ke Jepang kami ini termasuk nggak begitu nyantai, nggak banyak kesempatan buat mampir mampir, jadi kami lebih sering cari makan yang cepet. Selain itu juga buat ngehindarin makanan yang pake babi sih.
Kami sampai di penginapan dan langsung makan malem, habis itu kami ganti yukata, dan berendam di onsen. Ternyata semua onsen dipakai, jadi kami harus nunggu pengunjung lain pakai onsen. Balik lah kami lagi ke kamar, dan mumpung pakae yukata kami foto-foto di kamar sambil nunggu onsen selesai dipake.
Air panas di pemandian ini airnya jernh dan nggak bau belerang. Suhunya juga panas. Harus pelan-pelan sebelum akhirnya satu badan kerendem semua. Selesai berendam air panas, kami gelar futon dan siap-siap untuk tidur.

This slideshow requires JavaScript.

Day 3 – Day 5

5 thoughts on “5 Hari Trip di Jepang (Day 0-Day 2)

  1. Kyaaa asik banget bisa traveling ke Jepang o(>_<)o jadi iri deh 😄
    Kayaknya utk blogger yg satu ini traveling around the world udh jadi hal biasa, ne~? 😂 Ngomong2 saya punya impian travel ke negeri sakura 😄 jadi penasaran ada apa saja di negara unik ini 😂

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.