Air Terjung Waimarang, Si Surga Bertingkat

Sudah belum ya saya cerita di tulisan tulisan saya sebelumnya tentang trip saya ke Sumba, kalo wisata di Sumba itu lengkap…  banget. Pantai banyak, bukit bukitan apa lagi. Nah, sekarang saya mau ngajak ke wisata air terjunnya. Serius Bar ada air terjunnya juga? Yes, air terjun di Pulau Sumba sudah terkenal keindahannya. Tapi, kunjungan ke air terjun itu menurut saya selalu nggak gampang, di manapun pasti harus singsingkan lengan celana dan baju, kita trekking dulu!
Disclaimer: Ada banyak foto Mas Mas shirtless di artikel ini, yang satu atau sebagiannya tidak mengenakkan pandangan. Viewer Discretion Advised.
Nah, ada kendala lain. Untuk berwisata ke air terjun kita harus memperhatikan cuaca dan musim juga. Terkadang ketika musim hujan, debit air akan meningkat. Korelasinya, kejernihan air akan menurun. Jadi biasanya ketika musim hujan, selain air menjadi deras, juga kolam dan sungai di sekitar air terjun menjadi keruh.
Dua air terjun yang sudah jadi idaman kami adalah (tentu saja) Air Terjun Tanggedu dan Air Terjun Lapopu. Namun keduanya tidak disarankan oleh guide kami, juga kedua driver. Katanya, akibat cuaca yang sering hujan, debit air sangat deras, dan air menjadi keruh. Kedua air terjun ini juga memiliki waktu trekking yang lama. Sehingga, yang jadi pertimbangan kami adalah kalau kami memaksakan untuk mengunjungi salah satunya, maka waktu yang harus kami spend adalah satu harian penuh. Kalo udah mengorbankan satu harian penuh, dan ternyata air terjunnya beneran keruh, sayang dong ya, mending dialihkan ke tempat lain. Beneran nggak cukup sekali kalo mau ke Pulau Sumba.
Akhirnya, setelah pagi hari kami mengunjungi Bukit Mau Hau/Persaudaraan, kami menuju salah satu air terjun di daerah Waimarang. Agak jelek juga jalan menuju ke tempat ini, tapi mobil masih bisa dipaksain buat terus melaju sampe ketemu beberapa rumah warga. Baru deh di situ kami memarkir mobil.
Saat kami turun, kami disambut seorang Ibu Ibu yang ramah. Ibu Ibu ini juga yang nganter kami ke tempat air terjun. Kata Ibu ini, beberapa hari terakhir di daerah sana nggak hujan. Jadi dia yakin banget nih kalo Air Terjun dalam kondisi yang bisa dicebur ceburin. Sayang banget, saya lupa nanya nama Ibu ini.
Pose kelewat gembira
Photographed by: @Prabowoadityo
Selagi nungguin mobil satu lagi
Agak lama nungguin mobil yang satunya sampai di tempat kami memarkirkan mobil, karena tadi sempet kepisah juga. Setelah semua berkumpul, kami memulai trekking kami. Nggak terlalu jauh dan nggak terlalu susah trekkingnya, jalanan landai di awal lumayan jauh, dan curam di akhirnya nggak terlalu susah. Ada banyak media yang sudah dibuat oleh penduduk sekitar dengan sederhana yang bisa dijadikan pegangan dan sandaran, tapi jangan dijadikan pelukan. *halah
Kami para lelaki yang masih muda ini, ternyat kalah jauh sama Ibu Ibu yang nganter kami. Cekatan luar biasa. Bahkan beberapa kali malah Ibu ini yang nungguin kami.
Trekking menuju Air Terjun Waimarang
Ditemenin pemandangan kayak gini nih.
Long road down.
Kami susah payah menuruni tebing batu, dengan perlahan turun sedikit demi sedikit, karena batu yang jadi pijakan kami ternyata basah. Jadi harus ekstra hati hati yah, dari pada kepleset. Nah, tiba tiba nih ada yang teriak, “Airnya ijo cuuy!” Saya yang posisi lumayan di belakang, mulai celingukan, nggak sabar ngelihat air terjunnya. Memang dari kejauhan udah bisa kedengeran suara air terjun, tapi begitu ada yang teriak begitu, rasanya pingin buruan nyampe bawah biar bisa cepet main air. Beberapa saat setelah itu, baru saya bisa lihat sungai di bawah kami. Warnanya beneran hijau! Kami mulai saling melempar pandangan dan mesam mesem kegirangan.
Dan sampai juga kami di sungai ini. Sudah mulai kelihatan air terjun di depan kami. Nggak terlalu tinggi, mungkin sekitar tiga meteran kali ya. Yang buat kami nggak sabar adalah kolam yang membendung tepat di bawah air terjun, tenang, tak begitu luas, dan warnanya hijau tosca! Jadi sebelum air yang bersasal dari air terjun mengalir menuju sungai, terdapat semacam kolam dengan air yang dalam. Yang paling bikin excited: Nggak ada lagi turis lain selain geng kami! Setelah dikasih kode oleh si Ibu Ibu yang super baik ini, kami langsung buka baju dan berlomba lomba menggapai kolam.
Ah iya, padahal saya nggak bawa baju ganti. Ben ah.
Ini view kolam paling bawah.
Hidden Paradise. (Bukan judul bokep)
Coklat coklat kemambang.
All for us.
Cuma satu yang kurang: Cowok semua.
Private pool.
The fun ain’t over yet. Di atas air terjun ini, ada air terjun lagi, lengkap dengan kolam sebelum jatuh melalui air terjun ke kolam berikutnya! Untuk mencapai ke air terjun di atasnya, you have to be spiderman. Yes, harus merambat(?) di sela sela tebing batu lumayan licin, dan naik melalui air terjun. Yang lama jadi perdebatan adalah: berani nggak nih bawa kamera? Dan akhirnya nggak berani. Salah langkah dikit aja, kamera nyebur ke air. Nangiiiis.

Spidermen.

Photographed by: @Prabowoadityo
Jadi sebetulnya, ada tiga kolam di air terjun ini. Kolam pertama, paling bawah, tepat pertama kali kami sampai ke lokasi, untuk menuju ke kolam kedua, terdapat perbedaan sedikit ketinggian. Nah, di kolam kedua ini lah terdapat air terjun yang cukup tinggi. Baru kemudian ada kolam ketiga yang lokasinya di atas kolam kedua. Di sini juga terdapat air terjun yang cukup tinggi.
Bedanya dengan air terjun di bawah, air terjun di bagian paling atas lebih cerah. Pepohonan nggak terlalu banyak yang menutupi sekitar air terjun. Jadi sinar matahari langsung menyinari aliran sungai. Untuk HP si Raja nih waterproof, jadi masih bisa pepotoan di area air terjun atas.
Pilih yang mana?
Photographed by: @jopurr
Katanya seangkatan.

Setelah puas lelumpatan, kami balik lagi ke kolam di bawah, kali ini bisa sekalian lompat.

Photographed by: Helmi. (Yang akhirnya kerja juga)
Nah, repotnya kalo main ke air terjun itu setelah capek main air, males kebayang harus naiknya. Udah capek, laper lagi. Karena udah cukup siang, kami mengumpulkan sisa sisa tenaga buat trekking kembali ke tempat kami memarkirkan mobil. Karena di sana, ternyata kami sudah ditunggu oleh kelapa muda yang seger!
Oiya, warga di sekitar sini tidak (belum?) menarik biaya untuk mengunjungi Air Terjun, tapi bolehlah patungan buat kasih uang buat warga di sekitar sini, terutama si Ibu Ibu yang baik banget mau nganter sampai ke lokasi.

Awas dek, ada Oom Oom.
Nungguin kelapmud dibelah.
Click here to read all of my Sumba stories.

5 thoughts on “Air Terjung Waimarang, Si Surga Bertingkat

  1. Kayaknya kelapa muda nggak terlalu nikmat dalam kondisi lapar, mas. Habis capek main-main air kayak gini, enaknya makan nasi yang masih kemepul panas dengan lauk-lauk sederhana kayak ayam goreng, sayur, terus sambel. Beuh…

    Puas banget liat foto-fotonya (bukan foto-foto kalian shirtless ya :D). Kolamnya bagus, tenang, dan cuma ada kalian.

    Liked by 1 person

    1. Waaaw. Justru aku malah lupa kami makan siangnya kapan dan pake apa. 😹😹

      Hahahaha. Postingan berikutnya udah nggak ada adegan buka baju kok Mas. Tapi iya sih Mas. Selama kami di Suma dapet sepi terus. Cuma Walakiri yang rame. Bukan pas peak season keknya.

      Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.