Transportasi selama saya di India

Transportation in Kashmir and Ladakh

Pas si Ikhsanul ngajakin buat backpackeran di Ladakh, menurut saya plan dia udah seperdelapan mateng sih. Ibarat kalo telur rebus, putihnya udah mulai kental, tapi kuningnya masih encer banget. Saya baca plan dia juga udah oke. Jadi kami cuma baca referensi sana sini aja buat matengin telur kami. (Wait.. what?).
Untuk transportasi dari Srinagar ke Leh, saya dikenalkan dengan temen si Ikhsanul hasil dia ber-couchsurfing, Shabir. Jadi selama tiga hari transport dari Srinagar ke Leh dan satu malem nginap di Srinagar kita ngikut si Shabir ini. Cuma repotnya adalah masalah biaya. Shabir dari awal nggak pernah terbuka masalah biaya, dan saya, Ikhsanul, dan Adityo (Iya, di babak ini si Adityo masih dianggep) berharap “harga teman” dari si Shabir masih affordable dan menekan biaya kami.
Kalau kamu memang mau ikut rute kami. Roadtrip dari Srinagar ke Leh adalah sekalian proses aklimatisasi (baca seputar AMS dan aklimatisasi di sini ya), transportasi yang ditawarkan adalah taxi atau angkutan umum. Taxi memang lebih fleksibel dan privacy, sayangnya kemungkinan besar kalau kamu sewa taxi maka biaya yang dikenakan adalah biaya pulang balik. Jadi setelah kamu diantar taxi selama dua atau tiga hari, taxi bakal balik lagi ke Srinagar, dan biaya dia pulang dari Leh ke Srinagar tetap ditangguhkan ke kamu. Usahakan minimal dua hari, potong perjalanan kamu dari Srinagar ke Leh untuk istirahat satu malah di Kargil atau seperti kami nambah satu hari lagi di Alchi. Sebetulnya Alchi ini agak keluar jalur ya, dari jalan utama Kargil menuju Leh, sekitar 60 kilo sebelum Leh, sebelum masuk desa Saspol, belok kanan ke jalan kecil. Sebagai tourist main attraction di desa ini, ada Alchi Monastery.
Untuk lebih hematnya, naiklah kendaraan umum. Lebih murah tapi ya lebih nggak fleksibel. Monggo silahkan baca baca di Vargis Khan atau Devil on Wheels tentang kendaraan umum dari Srinagar ke Leh. Dua website ini termasuk jadi acuan saya tentang roadtrip di Ladakh kemaren. Don’t stop browsing, gaes.
Setelah sampai di Leh, lagi-lagi moda transportasi yang paling efisien dan nyaman adalah taxi. Taxi di sini jangan dibayangin kayak Taxi di Indonesia ya. Taxi adalah sebutan untuk kendaraan yang bisa disewa lengkap dengan drivernya. Bisa Innova, Jeep, sampai elf. Dan untuk biayanya, sewa taxi di Ladakh sudah ada harga yang ditetapkan oleh Pemkab Ladakh. Listnya bisa dilihat di sini ya (Data update: 2017) Pada intinya, mereka sudah ada daftar tetap, jadi kalau ketemu orang terus dia nawarin taxi dengan harga tertentu. Minta cek di listnya, karena setiap driver pegang daftar harga taxi, dan semuanya sama.
“Mahal nggak Bar?” Semakin banyak orang yang ada di group kamu, semakin murah karena jumlah pembaginya juga makin banyak. “Lah, gue sendirian Bar.” Yep, untuk turis ngeteng yang setipe kayak kamu, dan kayak saya juga sih, carilah shared taxi. Ini opsi paling nyaman, sekaligus cara yang paling membuktikan seberapa besar luck kamu. Ada beberapa tempat yang menyediakan fasilitas shared taxi, sebetulnya sama sih kayak jasa travel gitu. Salah satunya dan yang sangat saya rekomendasikan adalah Ancient Tracks.
Ancient Tracks
Kami datang ke Ancient Tracks di saat kami jalan dengan gontainya ke sana ke mari galau tak tentu karena itin kami yang mulai kelihatan bakal kacau. Sampai akhirnya tanpa sengaja kami melewati kantor Ancient Tracks, dengan whiteboard dipasang di depan kantor bertuiskan, “Need @ 3 packs to Nubra, Pangong 3 day 2 nights from 25/9 – 27/9.” Laah, pas banget! Lalu masuklah kami ke kantor Ancient Tracks dan bertemu salah satu orang paling baik di dunia pertravelan, Kesang.
Jadi di Ancient Tracks ini, kamu bisa digabung dengan traveller(s) lain untuk mengunjungi tempat tempat must visit di Ladakh dengan menyewa satu taksi dan membagi rata biaya sewa taksi sejumlah traveller(s) yang ikut tour ini. Di sinilah kenapa saya bilang seberapa beruntungnya kamu diuji. Nggak susah sebenernya buat nemuin orang yang punya itin sama dengan kita, tapi susah banget.
Kamu bisa gabung dengan group lain yang lebih dulu request ke Ancient Tracks buat dicariin anggota lain, atau kamu juga bisa buka trip, dan nanti Ancient Tracks yang bakal bantu buat cariin anggota buat share cost sama kamu. Simpel kan?
“Dan kalo masih ngotot mau ngirit, ngotot mau keliling Ladakh naik angkutan umum, aku kudu piye Bar?” Nah, untuk yang ini kamu harus punya waktu yang ekstra di Ladakh. Karena kendaraan umum yang bisa ngantar kamu dari Leh ke tempat-tempat di sekitar Ladakh nggak sesering Bus 43 Priok-Cililitan. Informasi ini saya dapet bukan dari pengalaman pribadi sih. Tapi dari ngobrol sama Mbak-Mbak judes yang jaga Tourist Information Center di Leh yang ketika saya dan Ikhsanul diskusi lumayan panas karena kebingungan, dia malah asik selfie selfie tjantik. *cekrek
Yang kami bahas adalah kendaraan umum dari Leh ke Nubra, Leh ke Pangong, dan Leh ke Tso Moriri. Begini rutenya. Rute-rute berikut adalah hasil kombinasi dari website Devil on Wheels, Vargis Khan, dan ngobrol dan Mbak Mbak Judes tadi. Here we go:
  • Leh ke Nubra: Kendaraan dari Leh ke Nubra Valley adalah menuju kota Deskit dan Sumur/Panamik. Untuk Deskit, Bus beroperasi setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 06.00 a.m, dan balik dari Deskit ke Leh keesokan harinya jam 07.00 a.m. Biayanya sekitar Rs. 170. Sedangkan untuk bus ke Sumur/Panamik, bus beroperasi setiap Selasa jam 06.00 a.m. dengan biaya sekitar Rs. 256/287. Atau, datanglah ke Polo Ground Leh, karena setiap pagi jam 06.30 a.m. ada shared taxi ke Deskit yang langsung balik ke Leh setelah menurunkan penumpang di Deskit dengan biaya sekitar Rs. 400.
  • Leh ke Pangong: Untuk Leh ke Pangong ada bus yang beroperasi setiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu, berangkat dari Leh pukul 06.00 a.m., dengan biaya Rs. 270.
  • Leh ke Tso Moriri: Nah, untuk Leh ke Tso Moriri menurut Vargis Khan, dan Devil on Wheels, beroperasi setiap bulan hanya tiga kali ke desa Karzok. Tiap tanggal 10, 20, dan 30, berangkat dari Leh pukul 06.30 dengan biaya sekali jalan adalah Rs. 370.
Itulah kenapa saya bilang kalau mengandalkan transportasi umum di Ladakh, kamu harus punya waktu ekstra. Karena jatuhnya bisa lebih mahal juga karena selagi nungguin bus ke destinasi selanjutnya, tetep harus bayar biaya penginapan dan makan selama di Leh. Ya to?

Considering Hitchhiking in Ladakh?

Dari hasil saya ngobrol sama Mbak Mbak judes yang saya bahkan ogah nanya namanya, (Please, Pemkab Ladakh, itu Mbak Mbak Tourist Information Center agak dikondisikan, dikasih teguran atau SP karena nggak ramah babar blas sama turis) Hitchhiking in Ladakh is possible but very rare. Beneran rare pake very nih? Yaa, setelah saya menjalani sendiri keliling Ladakh, memang nggak nemu turis yang hitchhike, malah lebih banyak penduduk lokal yang mau numpang. Dan masuk akal juga alasannya, turis pakai jasa taxi karena ingin privacy, jadi hampir nggak mungkin membiarkan orang lain numpang dengan gratis. Kecuali kamu pakai tulisan besar-besar menerima share cost. Lah, kalo emang ngajak share cost, ya bagus ke Ancient Tracks aja kalo gitu.

Transportation in New Delhi and Agra

Sebetulnya saya kurang menjelajah New Delhi dan Agra. Hanya dua hari terakhir saat ngejar Taj Mahal. Jadi selama saya di New Delhi, saya kemana-mana naik Metro alias Subway. Yes, India sudah punya Metro yang harga sekali naiknya sekitar Rs. 20-30an. Metro di New Delhi ini sudah menghubungkan pusat kota New Delhi dengan airport (Terminal 3 Indira Gandhi International Airport) yang harga tiket dari New Delhi Station ke Terminal 3 IGI cuma Rs. 60 atau sekitar 12 ribu Rupiah! DUA BELAS RIBU RUPIAH! Bandingin cobak sama harga tiket Railink Kerta Api bandara dari Stasiun Medan ke Bandara Kualanamu, Seratus Ribu! Pak Menteri mbok tolong dimonitor.
Untuk menggunakan Metro ini, kita harus membeli token di ticket penjualan atau pake sejenis kartu prabayar. Nah, untuk beli token ini kita perlu ngantre di loket penjualan token yang dilayani secara manual, ada petugasnya gitu, belum pake vending machine. Dan antreannya, panjaaaaang. Beneran, panjang!

Token yang kita beli tadi dipakai untuk masuk ke gate menuju platform, cukup ditap, jangan ilang. Nanti ketika sampai di stasiun tujuan, token dimasukin ke gate pada saat keluar platform. Sama lah kayak sistem railway di Kuala Lumpur.
Jika tujuan yang kami tuju nggak ada stasiun pemberhentian metro yang deket. Kami naik bajaj, alias auto rickshaw, alias tuk-tuk. Jangan lupa tawar tawaran dulu, kalau perlu bergaya pergi sambi pasang kuping berapa si sopir nurunin harga. Kalau nggak turun juga, ganti tuk-tuk yang lain, biasanya mereka mangkal berderet.
Lucunya, tuk-tuk udah macem GrabShare aja. Kalo tujuan kamu sama dengan penumpang lain yang kamu nggak kenal. Jangan kaget kalo kalian disuruh berbagi kursi.
Untuk perjalanan saya dari New Delhi ke Agra saya pakai kereta api. Nah, tentang perkeretaapian di India, termasuk cara memesan tiket Kereta Api di India, silahakan mampir di tulisan saya tentang perkertaapian di India.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.