Perjalanan saya ke Ladakh akhir September kemaren membuat saya banyak melakukan persiapan, termasuk kesehatan. Ladakh dilewati oleh rangkaian pegunungan Himalaya, sehingga lokasi Ladakh berada di ketinggian yang ekstrem. Tempat-tempat yang saya kunjungi berada di ketinggian di atas 2,500 meter di atas permukaan laut. Tempat tertinggi yang saya kunjungi ada di Khardung La, dengan ketinggian 5,602 meter di atas permukaan laut (menurut Wikipedia tinggi sebenarnya adalah 5,359 meter). Perbandingannya, dengan puncak tertinggi di Indonesia ada di Puncak Jaya, ketinggiannya sekitar 4,884 meter di atas permukaan laut. Hal ini membuat saya harus mempersiapkan kesehatan saya agar tidak terkena AMS.
Acute Mountain Sickness (AMS)/Altitude Sickness adalah penyakit yang dialami tubuh manusia yang diakibatkan karena tubuh manusia gagal untuk melakukan adaptasi terhadap ketinggian. Disebabkan karena pada ketinggian tersebut tekanan udara sangat rendah sehingga kadar oksigen juga ikut menjadi sangat rendah. Hal tersebut mengakibatkan kadar oksigen dalam darah ikut turun secara drastis yang mempengaruhi supply oksigen ke otak, otot, dan bagian tubuh yang lainnya. (Tumben, ngeri juga bahasa gue. Ilmiah abis)
AMS terjadi karena kita (manusia) berada dalam suatu ketinggian secara tiba-tiba, belum beradaptasi, dan langsung beraktivitas ini itu. Jadi risiko terserang AMS jauh lebih besar untuk mereka yang bepergian menggunakan moda transportasi udara (kan cepet tuh ya naik pesawat dari pada jalur darat), dari satu tempat yang rendah menuju ke tempat lain yang memiliki ketinggian jauh lebih tinggi dari pada tempat awal. Pendaki gunung juga berisiko terkena AMS, namun karena mendaki gunung secara bertahap dan perlahan, maka tubuh dengan sendirinya akan beradaptasi.
Hal-hal lain yang mempengaruhi seseorang terserang AMS adalah:
-
Kondisi tubuh. Kondisi tubuh seseorang yang sedang tidak fit/sakit, memperbesar risiko terkena AMS. Orang-orang dengan penyakit seperti anemia, penyakit paru-paru (asma misalnya) dan jantung juga memilki risiko yang lebih tinggi untuk terserang AMS.
-
Gaya Hidup. Sering tidaknya seseorang berolah raga, perokok atau bukan, peminum atau bukan, tentu menjadi salah satu faktor seseorang untuk terkena AMS.
-
Berada di bawa pengaruh obat-obatan.
-
Orang-orang yang terbiasa hidup di dataran rendah (di pesisir misalnya) lebih berisiko terkena AMS dari pada orang-orang yang terbiasa hidup di dataran tinggi/pegunungan.
-
Memiliki history terkena AMS (Tekan Ctrl+H aja kalo gitu, terus Ctrl+A langsung tekan delete. Lu kira Mozilla Firefox?).
-
Kekurangan cairan (dehidrasi).
Biasanya kondisi ini terjadi mulai di atas ketinggian 8,000 kaki (2,440 meter) di atas permukaan laut dan ¾ manusia mulai menunjukkan gejalanya ketika berada di ketinggian di atas 10,000 kaki (3,048 meter) di atas permukaan laut.
Kenali
Gejala dan tanda-tanda AMS (AMS Signs and Symtomps) dibagi menjadi tiga: Mild AMS (AMS Ringan), Moderate AMS (AMS Sedang), dan Severe AMS (AMS Parah).
-
Mild AMS (AMS Ringan)
Gejala AMS ringan menunjukkan si manusia merasa pusing, capek, napas ngos ngosan (ini beneran, padahal cuma jalan nyantae doang), kehilangan nafsu makan, mual, nggak enak badan, telinga berdengung/sakit). Lah? Yang Mild aja begini banyak, gimana yang Severe? Nggak semua gejala langsung dirasain sekaligus sih. Saya sendiri merasa agak pusing, gampang ngos ngosan, dan beberapa kali susah tidur. Tapi makan masih lahap, enggak mual, telinga juga oke oke aja.
-
Moderate AMS (AMS Sedang)
AMS Sedang ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti pusing berat, muntah-muntah (yes, lebih dari sekali), badan lemes, kesulitan bernafas, dan mulai kehilangan keseimbangan
-
Severe AMS (AMS Parah)
AMS Parah/Berat ditunjukkan dengan tanda-tanda si pasien mulai kehilangan kesadaran, dan bisa mengakibatkan High-Altitude Cerebral Edema (HACE) dan High-altitude pulmonary edema (HAPE). Apaan tuh?
HACE dan HAPE merupakan bentuk dari penyakit ketinggian yang paling parah apabila tidak segera ditangani. HACE terjadi karena otak membengkak dan mengalami penurunan fungsi karena kekurangan oksigen. Gejalanya adalah pusing yang sangat berat, kesulitan bernafas, mual dan muntah muntah, mulai tidak sadarkan diri, berhalusinasi, bahkan koma. Sedangkan HAPE terjadi karena pembuluh darah di paru-paru menyempit, menyebabkan paru-paru kemasukan cairan dari pembuluh darah. Sehingga penderita akan merasa kesulitan bernafas, dada sakit, batuk berdahak (kalau parah sampai batuk mengeluarkan darah), bibir dan kuku berubah warna menjadi biru/abu-abu, kehilangan kesadaran, sampai koma.
Hindari
Untuk menghindari terserang AMS langkah paling baik adalah biarkan tubuh beradaptasi dengan sendirinya dengan ketinggian, atau proses adaptasinya ini disebut aklimatisasi. Proses aklimatisasi dapat berlangsung minimal dua hari. Atau paling baik adalah bergerak menuju ketinggian secara perlahan. Proses aklimatisasi yang saya lalui saat trip ke Ladakh adalah, sebelum sampai di kota Leh dengan ketinggian 3,500 meter, saya membagi proses aklimatisasi menjadi perjalanan tiga hari dari Srinagar, dan menginap di tiga kota yang semakin lama semakin tinggi saat mendekati Leh. Malam pertama saya menginap di Srinagar (1,585 mdpl), malam kedua saya menginap di Kargil (2,676 mdpl), malam ketiga saya menginap di Alchi (3,100 mdpl), sebelum akhirnya sampai di Leh (3,500 mdpl). Menginap satu malam di Leh dan baru kemudian melanjutkan ke tempat-tempat yang lebih tinggi lagi.
Beberapa orang melakukan perjalanan ke Leh langsung menggunakan pesawat. Jika kamu termasuk orang-orang ini, usahakan begitu sampai di Leh untuk tidak beraktivitas terlalu banyak. Bayangkan aja, misalnya kamu terbang dari Jakarta ke New Delhi, lalu lanjut ke Leh. Ketinggian yang kamu lalui itu naik secara drastis. Rata-rata Jakarta itu hanya sekitar 8 mdpl (pantes ya sering banjir), lalu kamu menuju New Delhi dengan ketinggian sekitar 216 mdpl. Lalu tiba-tiba dengan dua jam penerbangan, kamu tiba di Leh dengan ketinggian 3,500 mdpl. Gila kan? Jadi, begitu sampai Leh, banyak-banyak istirahat, sukur-sukur kalau sampai dua hari di Leh. Jadi badan udah terbiasa dengan kondisi oksigen yang tipis.
Untuk tambahan:
-
Banyak minum air putih untuk menjaga badan agar tetap terhidrasi.
-
Banyak konsumsi karbohidrat, dan kurangi protein dan lemak. Karena protein dan lemak membutuhakn oksigen lebih banyak untuk dicerna oleh tubuh.
-
Jangan merokok, minum minuman beralkohol.
-
Kalau memang rutin minum kopi, stay with your caffein. Katanya sih begitu, efek dari kafein bisa menjaga tubuh dari terserang AMS. Saya sendiri rutin minum kopi, tapi mulai berangkat ke Ladakh sampai selama di ladakh sama sekali tidak minum kopi. Why? Karena hari-hari pertama saya di ketinggian di atas 2,500 mdpl, saya susah tidur, sekalinya tidur juga nggak nyenyak. Dan sekitar 10-15 menit sebelum alarm bunyi, nggak tau kenapa kebangun sendiri dan nggak ngantuk. Padahal adzan subuh juga belum, sedih. Jadi saya memutuskan untuk nggak minum kopi.
-
Ada yang kasih saran buat minum coke yang bisa menambah asupan oksigen ke otak dan juga mengurangi mual karena sering sendawa. Tapi saya sendiri sudah punya Sumpah Palapa untuk tidak mengonsumsi minuman bersoda. Jadi saya hindari.
-
Kalau dirasa perlu: Minum obat seperti Diamox/Acetazolamide yang membantu bernafas lebih banyak, sehingga darah dapat mengikat oksigen lebih banyak juga. Obat ini bisa dikonsumsi mulai satu hari sebelum tiba di tempat-tempat dengan ketinggian ekstrem, sampai 2-3 hari setelahnya.
-
Kalau mulai pusing bisa juga minum aspirin.
Tapi tetep, cara yang menurut saya paling tepat adalah membuat tubuh untuk beradaptasi dengan normal tanpa bantuan obat-obatan.
Ketika sampai di tempat-tempat dengan ketinggian di atas 2,500 meter tadi, ada baiknya untuk melakukan pengecekan kadar oksigen dalam darah. Bisa dilakukan di rumah sakit, di apotek, atau di tourism information center juga bisa.
Tangani
Jika ada teman satu trip yang menujukkan gejala-gejala di atas, langkah yang sebenarnya paling tepat adalah beristirahat dan membawanya ke ketinggian yang lebih rendah, serta konsumsi air putih lebih banyak lagi. Kalau ada Rumah Sakit, bawalah ke sana untuk mendapatkan oksigen ekstra dan disupply obat-obatan seperti aspirin dan diamox tadi. Kalau badan sudah kerasa lemas, bisa minum oralit untuk membantu agar tubuh tetap terhidrasi.
Ada yang tidak kalah pentingnya, jangan panik. Jika kamu panik, jantung akan berdetak lebih kencang. Otak, otot, dan bagian tubuh yang lainnya membutuhkan banyak supply oksigen, padahal kadar oksigen di dalam darah sendiri juga rendah. Tenang, rileks. Percayalah, It’s all only in your head. Saat menginap di Tso Moriri, saya tidak bisa tidur. Karena dingin, juga mungkin karena terserang AMS ringan. Tiba-tiba entah dari mana kepala saya pusing, keliyengan, napas makin susah, badan lemes dan keringetan. Udah kepikiran buat bangunin temen satu trip saya, Ikhsanul. Tapi saya coba atur napas, coba tenang, berdoa. It’s all only in my head, It’s all only in my head, It’s all only in my head. Sekitar satu menit kemudian tiba tiba Poof! Udara dingin Tso Moriri datang lagi, pusing saya ilang, badan enakan lagi. Dan, nggak jadi bangunin temen tengah tengah malem. Hehehehehe.
Tapi herannya, ada juga kemaren liat brosur Ladakh Marathon! Yang salah satu kategorinya Khardung La Challenge!! Instinct pelari saya langsung terpanggil. Hahahahaha.
By the way, silahkan yang mau mengoreksi atau menambahkan. Thank you!
References:
Like this:
Like Loading...
Related
Published by Akbar Siddiq
Remember your game.
View all posts by Akbar Siddiq
Nice info Mas. Thanks.
LikeLiked by 1 person
Halo mz…salam kenal…
Infonya sangat membantu dan sy baru ngeh nih klo ke srinagar butuh penyesuaian ketinggian,agak panik krn sy naik psawat jd sdh pasti tdk ada adaptasi ya…ditambah ke gulmarg pula,bertanya mz…itu kotanya (srinagar) sdh maju blm ya unt fasilitas kesehatan,paling tdk mudah ditemukan,sptnya akan perlu travel insurance inih…Terima Kasih
LikeLike
Halo Mbak Riska. Salam kenal juga. Kalo Srinagar aman kok Mbak. Karena perbedaan ketinggiannya tidak terlalu significant, kurang lebih 1,600 meter asl. Di Puncak Bogor itu sekitar 1,000-1,300. Jadi masih aman. Yang mulai berbahaya kalo Mbak Rieska langsung ke Leh. Karena Leh ada di ketinggian 3,500 m asl. Hampir sama kayak di puncak Semeru, 3,600an. Tapi untuk jaga jaga aja, bisa sebelum explore Srinagar sampe Gulmarg, istirahat dulu satu hari biar nggak kecapekan. Srinagar walopum kota sering konflik tapi fasilitasnya sudah maju kok. Srinagar ibu kota negara bagian J&K.
LikeLike