5 Hari Trip di Jepang (Day 3-Day 5)

Day 3 (19 April 2016) – Hakone Day Two

Hari kedua kami di Hakone sekaligus hari ketiga kami di Jepang. Sebelum cari sarapan kami berendam lagi di onsen penginapan. Awalnya kami mau coba onsen di tempat lain. Yang terbuka dan cari view Gunung Fuji. Tapi setelah lihat itin kami hari ini, dan harus balik lagi ke Tokyo buat lanjut trip kami ke Kyoto, jadi kami putuskan buat berendam di onsen penginapan saja.  Rencana kami mau sarapan sama persis kayak makan tadi malam. Lawson’s chicken nugget dan nasi putih. Sebelum kami mampir ke Lawson, kami mampir dulu lagi ke Hayakawa River di daerah Miyagino buat hunting sakura (lagi).

This slideshow requires JavaScript.

Sarapan kami bawa pulang ke penginapan. Sekalian juga kami mau packing dan persiapan check out. Rencana kami selanjutnya adalah keliling Hakone dulu. Sebetulnya keliling Hakone ini agak sedikit tanpa tujuan yang jelas ya. Kami menghabiskan waktu sampai jam 10 buat ngelanjut ke destinasi kami berikutnya, Gotemba. Dan jujur aja, selama di Jepang saya merasa paling puas pas ada di Hakone ini.
Kami mampir ke beberapa shrine, naik kereta api satu ke kereta api yang lain. Nyusurin jalan jalan kecil, sampai akhirnya udah jam 10. Baru lah kami menuju Gotemba.

This slideshow requires JavaScript.

Tujuan kami di Gotemba adalah Gotemba Premium Outlet. Gotemba Premium Outlet ini  mall besar yang lokasinya sebetulnya jauh dari keramaian. Tapi rame rame aja tuh. Karena toko-tokonya lengkap, akses transportasi mudah, dan lokasinya yang dekat dengan Gunung Fuji. Seharusnya kita bisa lihat Gunung Fuji dengan jarak yang dekat dari sini. Tapi karena hari itu berawan (lagi-lagi) kali kehilangan kesempatan buat menikmati Gunung Fuji. Gotemba Premium Outlet ini jaraknya jauh dari penginapan kami. Kami naik bus dan sampe pada ketiduran. Ada yang unik ketika kami naik bus di Hakone ini. Ada satu rute yang dilewatin bus kami. Jalannya sempit dan hanya bisa dilewatin satu bus. Tiba-tiba bus berhenti, dan jalan juga mentok nggak ada jalan tembusnya. Saya heran, apa mau atret ini bus karena nggak mungkin buat puter balik. Nggak mungkin juga kan busnya kesasar~ Eh ternyata bus beneran puter balik, tapi yang gerak adalah pijakan bus. Jadi bus ini berdiri di atas lempengan bulat yang bisa muter. Beneran muter. Jadi bus di atasnya nggak perlu cari tempat puteran karena emang nggak memungkinkan bus segede itu puter balik, tapi ternyata pijakan busnya yang muter. Keren!
Kami keliling Gotemba Premium Outlet buat beli beberapa oleh-oleh. Ada Pokemon Store juga di sini. Lumayan lama kami nungguin awan yang nutupin Gunung Fuji lewat, berharap bisa nikmatin Gunung Fuji dari Gotemba. Tapi karena sudah siang, kami memutuskan buat balik ke Tokyo. Jadi kami langsung naik bus ke stasiun Hakone Yumoto.
Saat kami di perjalanan bus. Saya lihat dari jendela saya, tiba-tiba gunung Fuji kelihatan, awan yang nutupin tinggal sedikit. Langsunglah saya ngajak si Adityo dan Pryoga buat berhenti di halte bus terdekat. Kami nggak tau kami berhenti di mana, begitu ada pemberitahuan dari sopir kalo bus mau berhenti, kami tekan aja tombol buat berhenti.
Ada semacam tempat parkir luas di area di area tanjakan, jadi view dari tempat parkir ini langsung menghadap ke Gunung Fuji. Sebetulnya ketika kami sampai di tempat parkir itu gunung fuji masih ketutup sedikit awan. Tapi karena kami anak anak muda yang optimis (sebetulnya karena tetep ngebet pingin foto sama Gunung Fuji sih), ada 40 menit kami nunggu di situ. Sampe akhirnya Gunung Fuji nampak jelas di kejauhan.
Fun fact: Ketika nulis postingan tentang Hakone ini baru saya searching dari location foto kami, ternyata kami ada di depan Fuji Bussharito Heiwa Park.  Ketika kami nunggu awan lewat ini sebenernya kami penasaran sama tempat di depan kami ini. Karena ada banyak bus masuk ke kawasan itu. Tapi ketika kami coba buat masuk, ada penjaganya yang negor dan ngelarang kami buat masuk. Jadi kami pikir mungkin sedang ada acara keagamaan di dalam.

This slideshow requires JavaScript.

Setelah puas foto-foto sama gunung Fuji, kami melanjutkan perjalanan ke stasiun Hakone Yamoto. Udah agak sore, jadi kami langsung naik kereta api ke Odawara buat balik ke Tokyo. Sebetulnya ketika kami di Tourist Information  Center di Hakone, kami udah ditawarin buat naik bus malem ke Kyoto langsung dari Odawara. Tapi kami menolak tawarannya, sekarang ketika sampai ke Odawara kami kebingungan. Kami nanya beberapa orang nggak ada yang tau. Tourist Infomration Center udah tutup. Akhirnya kami memutuskan buat balik aja ke Shinjuku dulu. Karena pilihan bus malem buat ke Kyoto dari Shinjuku lebih banyak.
Ada cerita lucu ketika kami sampai di Odawara. (Saya bilang lucu karena udah lewat sih, pas ngalemin sih deg degan abiis). Jadi karena kami belum makan siang, dan trip di Jepang ini agak buru-buru, kami mampir ke 711 buat cari makan siang. Waktu itu kami pilih semacem bola bola daging ayam gitu. Karena kami masih cari bus buat ngelanjutin perjalanan ke Kyoto, kami makan sambil jalan. Saya beneran nggak tau apa kebudayaan di Jepang emang nggak terbiasa dengan orang yang makan sambil jalan, atau bentukan kami yang memang mencolok perhatian.Pakai ransel besar, terus makan sambil jalan, dan nggak sengaja masuk area mall di dekat stasiun Odawara pulak. Nggak sengaja kami papasan sama polisi, yang tiba-tiba manggil kami. Kami bingung sekaligus takut, “Salahku opo?”
Dia nggak bisa bahasa Inggris, pakai bahasa Jepang campur bahasa isyarat sama kasih kode nulis-nulis gitu sambil nunjuk buku dia. Setelah agak lama saling lempar bahasa isyarat akhirnya kami ngerti kalo dia minta ditunjukin ID. Setelah kami kasih liat passport, semuamuanya dicatat sama dia. Nama, tanggal lahir, nomor passport, walopun dia agak kewalahan nulis pake huruf balok. Bahkan dia nunjuk nunjuk kami dan nanya, “Trouble? Trouble?”  Kami nggak ngerti maksud di nanya trouble itu. Apakah kami ada masalah, atau apakah kami cari masalah. Kami kompak aja jawab, “No, no trouble. No trouble.” Sambil geleng geleng. Kami masuk dari arah tangga, di ujung seberang kami ada receptionist cewek yang udah berdiri sambil ngelietin kami setengah senyum senyum. Karena takut ada masalah, saya langsung nyamperin Teteh receptionistnya ini. Dan untungnya dia bisa bahasa Inggris. Saya jelaskan sama Teteh ini, lalu Pak Polisinya ikut ngedeket. Habis mereka ngobrol, Teteh receptionist ini ngejelasin kalo si Pak Polisi cuma ngecek aja. Lega~ Sempet kepikiran nyampe digiring ke pos polisi karena dikira cari masalah.
Waktu di jalan balik ke Shinjuku naik kereta api, Bapak-bapak di sebelah saya nonton bokep dong. Pake headset. Padahal kondisi gerbong kereta nggak lagi sepi juga. Saya nggak mungkin langsung ngeliat ke HPnya, jadi cuma liat dari ujung mata aja. Prayoga yang duduk di samping kiri saya langsung saya kasih kode. Kayaknya Om-om mesum ini ngerasa gerak gerik aneh saya ke Prayoga, tiba tiba di pindah tempat duduk.
Kami sampai di stasiun Shinjuku sekitar jam 8 malem. Asli dingin bener, anginnya kenceng. Tapi tetep aja ada anak anak SMA yang roknya di atas lutut ya. Karena jadwal bus malem ke Kyoto sekitar jam 11 malem, kami carilah makan malem. Iseng saya browsing, halal rame in Shinjuku. Dan muncul lah Shinjuku Gyoen Ouka. Tempatnya lumayan jauh sebenernya, jalan kaki 20 menit. Tapi karena perut kami udah laper banget, dan udah berhari-hari makan kami nggak bergizi, kami bela-belain nerjang dingin. Pas kami sampe, beruntungnya ada kursi kosong. Karena kalau penuh, kami harus nunggu di luar. Penjualnya sepasang orang Jepang muslim, si Ibu yang jadi pelayan pake jilbab, si Bapak yang masak juga pake kupluk. Kami pesen tiga porsi, dan si Ibu juga ngasih tunjuk step by step makan ramen yang bener. Nggak langsung dicampur jadi satu di mangkok. Dingin, laper, makan ramen enak pake kuah panas-panas. Heaven on earth.
Harga seporsinya macem macem tergantung paketnya. Kalo nggak salah sekitar 1800 yen. Mahal memang. Tapi sesekali boleh lah, dari pada makan nugget terus sama onigiri.

This slideshow requires JavaScript.

Selesai makan malem kami balik ke stasiun Shinjuku. Kami cari tempat sholat di bawah eskalator, baru setelah itu beli tiket bus ke Kyoto di lantai paling atas. Kami naik Keihan bus dengan jadwal paling malem, jam 11 malem dari Shinjuku dan nyampe Kyoto jam 6 pagi. Saya lupa harga sekali jalan Keihan Bus ini. Kalo nggak salah sekitar 6000 yen. Busnya ada tiga baris, pinggir jendela kiri, tengah, dan pinggir jendela kanan, terus ada tirai biar nggak diintip kursi sebelah.

Day 4 (19 April 2016) – Kyoto

Bus kami sampai di Kyoto sekitar jam 6. Bener-bener on time. Turun dari bus kami bingung mau kemana dulu, karena masih pagi banget, masih sepi dan banyak toko yang masih tutup. Bus kami turun di depan stasiun Kyoto. Akhirnya kami cari locker dulu buat nyimpan barang-barang kami. Baru kami muter-muter stasiun Kyoto buat nyari tourist information center. Tapi masih pada tutup. Kami ketemu security dan nanya, ada Bus Information Center di belakang stasiun tapi masih tutup, baru bukan jam 7. Kami memutuskan buat keliling Kyoto pakai bus, bukan subway, biar bisa sekalian menikmati kotanya.
Saya cek HP dan ternyata 8°C. Pantes dingin banget. Kami sempet naik ke lantai atas stasiun, bisa kelihatan Kyoto Tower dari sana. Kami sempet  nyari sarapan dulu di Lawson, kayak biasa, chicken nugget sama onigiri. Sebelum jam 7 kami udah nungguin di depan loket Information Center, begitu loket buka. Kami beli Kyoto City Bus and Kyoto Bus-One Day Pass seharga 500 yen. Untuk satu hari aja. Jangan lupa ambil map ya.
Oiya, tau kan kalo orang Jepang itu disiplin banget. Termasuk dalam masalah buang sampah. Bener-bener harus dimasukin ke tempat sampah yang sejenis. Waktu itu setelah kami beli Bus Pass, sampah sarapan yang udah dibungkus tas kresek kami buang ke tempat sampah yang ada gambar tas plastiknya. Tiba-tiba ada Bapak-Bapak lewat yang negor kami, pakai bahasa Jepang. Intinya kami nangkep kalo mau buang sampah udah dibungkus plastik, plastiknya harus dibuka, dan sampahnya harus dipilah, mana dibuang ke mana. Sorry, my bad.
Perjalanan kami pertama adalah ke Bamboo Grove di Arashiyama! Map yang kami ambil ini udah lengkap sama tempat-tempat wisatanya dilewatin bus apa aja. Oiya, mapnya jangan ambil satu ya. Bahannya tipis banget, gampang sobek.
Bamboo Grove di Arashiyama ini berupa hutan bambu dengan tempat iconicnya berupa jalan lurus dengan bambu bambu menjulang di sisi kanan dan kirinya. Banyak turis yang nyewa kimono, ngeliatnya sih agak ribet, tapi seru kok. Sekitar 45 menit kami muter-muter di Bambo Grove ini, kami juga beli es krim rasa sakura. Kayak apa rasanya es krim sakura? Menurut saya rasanya lumayan manis dan ada aroma agak pahit.

This slideshow requires JavaScript.

Dari Arashiyama kami menuju Kinkakuji Temple, yang sering dibilang Golden Pavillion. Kinkakuji Temle ini adalah kuil yang berwarna emas. Ketika kami di Arashiyama nggak terlalu rame, mungkin karena masih pagi. Tapi sampai di Kinkakuji Temple, udah mulai rame turis. Untuk foto aja perlu cari tempat yang sepi, atau harus ngantri dulu sama turis lain. Oiya, kalau wisata ke kuil, nanti kita dapet semacam kertas jimat.
Dari Kinkakuji Temple kami lanjut ke Ginkakuji Temple, yang ternyata jaraknya lumayan jauh dari Kinkakuji. Kalau tadi Kinkakuji Temple adalah kuil emas, kalau Ginkakuji Temple adalah kuil perak atau Silver Pavillion.

This slideshow requires JavaScript.

Tujuan kami selanjutnya, sekaligus menutup one day trip Kyoto adalah Fushimi Inari-taisha. Fushimi Inari-taisha adalah kuil di kaki gunung dengan ribuan torii gates. Torii gates adalah gerbang masuk sebuah shrine/kuil. Tapi di Fushimi Inari-taisha ini, jumlah torii gatesnya ribuan. Kuil ini sebetulnya cocok untuk sekalian trekking, karena torii gates ini berjejer sekaligus nanjak gunung. Ada apa di atas sana? Kami nggak tau, karena kami sendiri nggak naik sampai atas gunung karena nggak ada persiapan untuk trekking dan nggak bawa bekal.Dari beberapa artikel yang saya baca, setelah naik selama 30-45 menit nanti ada tempat di tepi gunung dengan view kota Kyoto. Jadi kalo niat naik sampai atas, jangan lupa bawa persiapannya ya. *wink
Sepanjang jalan menuju Fushimi Inari-taisha banyak banget orang jualan makanan dan oleh-oleh. Kami sendiri mampir beberapa tempat buat jajan takoyaki dan sate. Yah, dengan berandalkan “No butaniku? Gyuniku? Yes, gyuniku yes yes.”

This slideshow requires JavaScript.

Karena sudah jam 5 sore, kami memutuskan buat balik ke stasiun Kyoto buat ngambil barang bawaan kami di locker dan cari penginapan kami buat check in.
Agak jauh ternyata peninapan kami dari halte bus terdekat. Kalo pakai subway, sebetulnya di depan penginapan kami ini ada stasiun. Tapi karena kami cuma pakai Bus Pass, terpaksa kami jalan dulu lumayan jauh. Kami jalan sekitar 15 menit. But we enjoyed the walk. Kami ngelewatin jembatan, di bawah kami ada sungai dan di samping sungai ada jalan dan area rerumputan, Kamogawajidu Park. Beberapa orang ada yang duduk duduk di pinggir sungai, ada yang bersepeda, jogging. Ngingetin sama Doraemon? Beneeer.
Penginapan kami adalah Guest House Tu Casa. Kami book satu kamar dengan tiga kasur. Saya suka penginapan ini. Baru, bersih, tenang, ownernya friendly, helpful, dan bisa bahasa Inggris. Kamar kami pun unik. Satu kasur tingkat buat berdua, dan ada tangga buat naik ke atas, satu lagi kasur.
Setelah naruh semua ransel kami, mandi, sholat, kami berencana jalan-jalan di Gion yang nggak jauh dari penginapan, sekaligus mau cari makan dan beli oleh-oleh. Pulangnya kami mampir ke warung sushi, Musashi Sushi. Puas kami makan sushi di sini. Ada beberapa macam plate, harganya pun beda. Kami ambil yang satu platenya 150 yen. Mungkin ada 20an piring kami habis buat bertiga. Rame juga tempat ini, kami pun harus ngantri dulu. Setelah kenyang, kami baru jalan-jalan di Gion. Berharap bisa ketemu Geisha di tengah jalan. Ketemu? Nggak dong. Hahahaha. Cuma lihat dari kejauhan aja, di tempat-tempat makan yang di pintu masuknya ada penjaganya pake jas dan kacamata item.

This slideshow requires JavaScript.

Day 5 (20 April 2016) – Osaka

Kami check out dari hotel sekitar jam 8 pagi, dan badan saya agak demam. Saya sempet minum obat biar badan lebih mendingan. Kami rencana mau naik shinkansen ke Osaka. Harga shinkansen itu mahal. Tapi tidak untuk tiket berdiri dari Kyoto ke Osaka. Tiket berdiri? Yes, non reserved seat. Tiket ini dibeli pada hari itu juga. Dan tanpa nomor duduk. Jadi nggak sepenuhnya berdiri, kalo ada tempat duduk yang kosong boleh aja kok duduk. Dan ada gerbong khususnya. Jadi jangan lupa tanya dulu sama petugas di stasiunnya ya, biar nggak salah masuk gerbong. Harganya lumayan murah kok, sekitar 1400 yen.
Ini adalah hari terakhir kami di Jepang, and we’re in Osaka. Sebetulnya wisata di Osaka ini nggak jauh beda dengan Kyoto. Kami sampai di stasiun Shin-Osaka dengan cuaca yang agak gerimis. Di stasiun Shin-Osaka kami beli Eco Card One Day Transport Pass seharga 800 yen, dan uang yang kami keluarkan untuk tiket subway di Osaka lebih dari 800 yen, karena ternyata selama di Osaka, jalur (line) yang kami pakai lebih dari yang bisa dicover kartu ini.
Setelah kami cari sarapan di Lawson dekat stasiun, tiba-tiba ide gila muncul. “Yuk, coret semua itin di Osaka, hari ini kita seharian di Universal aja.” Kenapa saya bilang gila, karena Universal Studios Japan (USJ) di luar rencana, dan yang pasti di luar biaya. Hahahaha. Dan kami setuju! Kalau saya pribadi karena saya nggak terlalu excited dengan wisata di Osaka yang tujuannya nggak jauh beda dengan Kyoto, shrine atau temple, which I’m not really into it. Lalu kami menuju stasiun Namba. Kenapa kami ke Namba dulu? Karena malamnya kami ninggalin Jepang dari Kansai International Airport, jadi ransel kami mau kami titipkan dulu di locker di stasiun Namba, biar nanti ketika pulang dari USJ di Namba, kita langsung naik kereta langsung ke Kansai International Airport. Oiya, stasiun Namba ini luas, besar, locker penitipan barangnya juga banyak, banyaaak. Jadi kalau kamu nitip barang di locker, hapalin betul lockernya di mana, lantai berapa, deket apa, kalau perlu difoto apa digambar mapnya. Jangan sampai kejadian kayak kami, saya ceritain nanti lah ya.
Setelah kami nitipin semua ransel dan tentengan di locker, transport pass kami cuma bisa kami pakai sampai stasiun Kujo. Dari stasiun Kujo kami harus ganti line dan juga ganti stasiun. Sekitar jalan 100 meter buat pindah ke stasiun Nishi-kujo. Dari stasiun Nishi-kujo ini kami beli lagi tiket untuk sampai ke stasiun Universal City. Harga tiket dari Nishi-kujo sampai Universal City sekitar 180 yen sekali jalan, kami beli pulang pergi 360 yen.
Pengalaman kami ketika di Disneyland Hong Kong, nggak boleh bawa masuk makanan. Jadi kami kepikiran makan siang dengan biaya ekstra. Pasti mahal banget. Eh nggak taunya ketika udah di dalem USJ, orang-orang bawa bekal, sambil ngantri wahana, sambil makan.
Tiket masuk USJ per orangnya+pajak 7400 yen, udah naik kayaknya. Kami bayar pake CC karena yen kami udah nggak cukup lagi. Sekalian biar mecah beban pake bill after trip. Hehehehe.
Selama kami di USJ gerimis dan kadang deres. Nggak ada cerahnya sama sekali. Tapi tetep kami hajar aja. Orang-orang pake payung, jas hujan, kami hujan-hujanan~ Beberapa wahana pas hujan deres nyampe berhenti operasi, bahkan kami nyampe ngantri dua kali di The Flying Dinosaur Ride, karena ngantre yang pertama hujan deres dan wahana dihentikan dulu. Yah, daripada kenapa kenapa.

This slideshow requires JavaScript.

Begitu mulai gelap, kami gerak dari USJ dan balik ke stasiun Namba. Di stasiun Namba ini banyak toko untuk beli oleh-oleh. Kualitasnya bagus, yah harganya sih emang lebih mahal. Buat oleh-oleh pribadi boleh lah. Selesai beli oleh-oleh kami mau ngambil bawaan kami di locker. Cobaan dimulai, kayak yang saya ceritain tadi, kalau mau nitip barang di locker perhatiin baik-baik lokasi locker kamu. Ini kami lupa taro locker kami di mana. Muter-muter, naik turun lantai, nggak ketemu juga. Ada sejam lebih kami muter-muter. Pesawat kami take off jam 12 malem. Berarti paling nggak kami jam 11.30 harus udah sampai Kansai. Akhirnya kami nanya sama dua orang yang keliatannya lagi nggak sibuk. Awalnya mereka ngobrol sendiri sambil nunjuk sana nunjuk sini, dan nggak nyangka, mereka ikut lari-larian nyariin locker kami, dan ketemu! *sujudsukur
Dari stasiun Namba ke Kansai International Airport naik line yang nggak tercover dari Eco Card One Day Transport Pass, jadi harus beli tiket lagi. Perjalanan dari Namba ke Kansai Airport sekitar 45 menit. Check in, ngantri di Imigrasi dan Customs, lalu kami pun terbang meninggalkan Jepang.
See you again Japan, arigatou gozaimashita.
Day 0 – Day 2

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.