Manis Pahit Satu Periode Kartu Kredit

“Mas Bardiq, fotonya Joko Sembung bawa golok banget dah, nggak nyambung gob***!”
“Biarin sih, lu baca aja artikelnya. Foto mah pemanis doang. Dah bagus fotonya dikasih yang manis-manis, dari pada foto gue senyam senyum pamer kartu kredit.”
The hardest wake up call: saat bangun untuk sholat subuh tapi mendapati ada SMS notifikasi transaksi dari Bank Mandiri. Nggak cuma satu tapi ada serentetetetetan transaksi belanja online di Playstation. Mata melotot, hidung kembang kempis, mulut melongo: WAAADEEEEFAAAAK?
Saya scroll layar HP, total ada delapan transaksi menggunakan credit card (CC [pronounced: Sisi]) saya sekitar jam 01.30 dini hari. Klise!
Ini adalah salah satu cerita pahitnya bersama Sisi, karena selama satu periode bersama Sisi ini (lima tahun), saya punya baaanyak sekali cerita. Eits, nggak cuma cerita pahit aja nih, banyak juga kok cerita manis dari si Sisi. Postingan ini baiknya kamu jadikan pertimbangan sebelum memutuskan untuk meminang Sisi. Karena bakal saya ceritakan manis pahit sekaligus tips selama lima tahun bersama Sisi. Termasuk kalau saat ini kamu sampai di postingan blog saya karena Sisi kamu barusan kebobolan!
P.S.: Sisi setiap bank memiliki benefit yang berbeda-beda. Jadi pastikan dulu Sisi apa yang sebenernya paling cocok sama lifestyle kamu ya.
Apa sih yang membuat saya memutuskan untuk mencari pendamping Sisi awal tahun 2015 dulu? Dan kenapa saya memilih Bank Mandiri?
Alasannya simpel banget, cuma ngincer free lounge di bandara. Sepanjang tahun 2015-2017 saya termasuk jetsetter yang dalam satu bulan bisa lebih dari sekali ke bandara. Kalau saya baca sekilas, ‘jetsetter’ term-nya kayak businessman gitu ya, yang sering banget bepergian pake pesawat. Well, nggak gitu juga bray! Karena kalo diitung-itung, makan di bandara itu mahal, dan bisa makan gratis di tempat yang nyaman sepertinya asik juga kaaan.
Akhinya saya memutuskan untuk meminang Sisi Bank Mandiri karena Mandiri Lounge di bandara Kualanamu yang memang nyaman banget. Saat approved, saya tidak membayangkan teranyata lima tahun ke depan banyak banget cerita bareng Sisi, sampai akhirnya saya memutuskan untuk tidak memperpanjang hubungan kami lagi.

CERITA MANIS
Kalau bercerita tentang hal-hal yang manis tentu yang pertama adalah alesan pertama saya buat apply Sisi. Lounge gratiiis. Nggak cuma di bandara Kualanamu, tapi banyak bandara lainnya lagi. Tentu nggak sembarang Sisi Bank Mandiri yang punya fasilitas untuk dapet free airport lounge. Saya apply Sisi Skyz yang memang benefitnya diperuntukkan buat orang-orang yang sering bepergian, terutama ke luar negeri Walaupun setelah hampir dua tahun berjalan, ternyata fasilitas free airport lounge Skyz berhenti.
Yang berlanjut ke cerita manis kedua, Fiesta Poin. Yoi, buat saya yang lumayan sering ke luar negeri, Fiesta Poin dari Skyz sampe dua kali lipat ketika kita transaksi di luar negeri. Fiesta Poin ini sudah saya tuker banyak diskonan belanja dan jajanan.
Yang ketiga, sangat membantu saat beli barang online, apalagi tiket pesawat. Sebelum ramai rekening online seperti Ovo, Dana, ataupun Gopay, pembelian barang-barang online paling cepet dan gampang ya pakai Sisi ini. Nggak perlu buka online banking, nggak perlu ke ATM, nggak perlu ke mini market, cukup pencet ini itu, nggak sampai lima menit beres! Apalagi kalo udah hapal 16 digit nomor sakti bersama tanggal kadaluarsa dan tiga nomor CVV, ya merem sambil dzikir aja bisa.
Yang keempat. Setiap bepergian, setelah beli tiket pesawatnya, saatnya mencari penginapan. Banyak platform seperti Airbnb, Booking.com, dan agoda yang pembayarannya hanya menerima menggunakan Sisi.
Selain itu juga saat berbelanja barang online dari luar negeri. Ini nih yang kelima! Pembayarannya tentu nggak bisa transfer, nggak mungkin juga pake wesel. Jadi memang pembayaran menggunakan Sisi paling memungkinkan.
Dari lima cerita manis tadi sebetulnya malah bukan keuntungan yang menurut saya paling utama. Benefit terakhir yang paling saya rasakan adalah Sisi sangat membantu dalam mengatur keuangan. Terutama saat traveling. Selain untuk keperluan makan sehari-hari dan isi bensin, saya hampir selalu pake Sisi. Kalau bisa cara mengontrolnya, selama sebulan hidup sampe ada perasaan, “Kok duit gue nggak habis habis ya?” Ya iyaalaaa. Orang ngapa ngapain pake Sisi. Tapi begitu keluar tagihan, terkadang sampai ngelus dodo sambil beristighfar. Meskipun ketika dibandingkan dengan pengeluaran tanpa Sisi, ya habisnya segitu-segitu juga. Elu yang boros Mas Bardiq!
Ketika traveling, saya bisa menahan pengeluaran, sehingga ada beberapa pengeluaran traveling yang saya bayar setelah trip selesai. Sebetulnya bisa aja saya langsung bayar, cuma penggunaan Sisi seperti ini termasuk salah satu cara saya me-manage pengeluaran saat traveling.
Tagihan dari Sisi sangat membantu dalam merinci pengeluaran saya selama sebulan terakhir. Walupun sering kali tercampur dengan guilty pleasure (baca: kekhilafan).
“Hmm.. terus cerita pahitnya apaan?”
CERITA PAHIT
Sebagai pembanding pros, tentu muncul cons. Dan cerita pahit yang paling saya alemin adalah menjadi pribadi yang lebih konsumtif. Selalu ada perasaan, “Ah bisa dibayar bulan depan pas tagihan udah keluar.” It’s okay ketika perasaan seperti itu muncul sekali. Tapi kalo seminggu sekali ya jadi beda cerita.
Kartu Kredit juga berpotensi diutangin orang. Urusan utang-piutang ini memang kadang bikin males ya. Apalagi kalo kitanya sendiri juga pelupa. Mengingat pemakaian Sisi banyak manfaat buat beli tiket, reserve penginepan, dan beli barang online, banyak temen-temen yang bakal melihat Sisi kita sebagai potensi buat direpotin. Nggak masalah sih, asal temen kamu sanggup bayar pas lagi ditagih. Ada juga tuh, temen yang pernah minjem buat beli barang 7 jutaan, terus dicicil per bulan. Ya nggak papa sih karena dia bayar selalu on time.
Dan yang jadi pertimbangan terakhir, Sisi is not safe as you think. Sisi itu rawan dibobol.
Cerita di awal tulisan bukan pertama kalinya saya kebobolan. Ini adalah yang ketiga kalinya, tiga kali! Dan baru kali ini yang berhasil. Dua percobaan pembobolan kartu kredit saya sebelumnya berhasil saya gagalkan dengan memblokir Sisi terlebih dulu. Kasus pertama sepertinya memang kelalaian saya. Waktu itu saya makan malem di salah satu tempat makan yang nggak perlu saya sebutkan di sini. Jadi saya bayar pakai Sisi dan membiarkan si waitress membawa Sisi untuk dibayarkan di kasir. Baru beberapa meter dia menjauh, saya sempet kepikiran, “Aman nggak ya? Kok saya kasih aja nih Sisi ke dia.” Tapi nggak tau kenapa saya diem aja.
Besok siangnya, sekitar jam 10 lebih, masuk SMS dari Bukalapak, minta kode OTP untuk pembayaran. Wah, nggak betol lah ini. First attempt ini berhasil saya gagalkan karena saya langsung telpon Call Cener Bank Mandiri. Kartu terblokir dan selesai.
Kebobolan yang kedua, sekitar jam 9 malem, masuk SMS. Kali ini sebuah transaksi berhasil dilakukan, untungnya dengan nominal USD 0. Buru-buru saya telpon Call Center, dan minta Bank Mandiri segera memblokir kartu saya sebelum pelaku berhasil melakukan transaksi selanjutnya. Kartu terblokir dan selesai.
Sejak kasus kedua tadi, sebetulnya saya sudah jauh lebih hati-hati dalam penggunaan Sisi. Saya nggak pernah lagi menggunakan Sisi untuk pembayaran di EDC. Saya jarang bangeeet ngajak belanja Sisi. Setiap pemblokiran, saya dikirimin kartu baru, dan hubungan saya dengan kartu ketiga ini memang udah renggang, nggak sehangat dengan dua mantan saya sebelumnya. Saya cuma make untuk bayar-bayar merchant online yang nggak menyediakan pembayaran Virtual Account atau transfer manual.
Pembobolan sebanyak delapan transaksi yang menghabiskan uang sampai 13 juta lebih terjadi dini hari tanggal 9 Desember. Tagihan terakhir saya pakai buat beli sandal di Zalora tanggal 30 November 2019. Saya nggak pernah pakai EDC, dan saya tidak terlalu mencurigai system keamanan Zalora. Kecurigaan saya jatuh kepada transaksi sebelumnya lagi: buat daftar Berlin Marathon tanggal 28 Oktober 2019. Untung sih, nggak dapet ballot Berlin Marathon, 2020 nggak bisa kemana-mana kita cuuy.
Setelah Sisi kebobolan, selama berbulan bulan sering kepikiran uang 13 juta melayang, kadang overthinking sebelum bobok, dan jantungan setiap ada email masuk dari Bank Mandiri. Ahahaha.
Kalau ini kejadian sama kamu, segera blokir Sisi kamu. Telpon Call Center secepatnya. Temen saya Gerry, yang pas saya curhatin ternyata juga baru ngalamin kejadian yang sama, bahkan transaksi terus terjadi saat si kawan ini telpon call center.
Langkah selanjutnya? Ajukan surat sanggahan yang formulirnya dapat kamu download di https://www.mandirikartukredit.com/formulir-cs. Formulir ini hanya menyertakan empat kolom transaksi, sementara kasus saya sampai delapan transaksi. Diedit dulu akhrnya, ditambahin sendiri empat kolom baru kemudian saya email dengan penjelasan kronologis ke mandiricare@bankmandiri.co.id. Setelah kamu kirim email, jangan lupa telpon Call Center lagi untuk memastikan kalau surat sanggahan kamu sudah diterima. Saya sampai harus dua kali kirim email karena email saya yang pertama belum mereka terima.
Proses investigasinya berjalan sangat lama, 45 s.d. 180 hari kalender. Enam bulan! Seperti yang saya ceritakan, sepanjang enam bulan itu hidup beneran kerasa nggak tenang.
Kalo ditolak kekmana?
Dikejar kejar debt collector ntar hidup gua?
Rumah, tanah, mobil, dan harta benda disita Bank Mandiri dong ya? Kayak punya ajaaaa!
“Terus kalau transaksi penipuan itu udah muncul di tagihan, harus dibayar? Kalo gw bayar, pahit juga bayar tagihan penipu, mana gede bener. Tapi kalo nggak dibayar bunga sama denda keterlambatan apa nggak nggulung terus, digelar bisa jadi karpet mushola tuh.”
Ini yang juga bikin saya kepikiran. Jadi bisa dua-duanya. Kalau dibayar terlebih dulu, nanti ketika hasil investigasi menyatakan bukan beban pemegang kartu, biaya yang udah kita bayar bakal dikreditin lagi ke Sisi kita. Tapi kalau nggak dibayar, nanti ketika hasil investigasi ternyata menyatakan transaksi tersebut adalah beban kita, ya baru deh kita bayar itu tagihan.
“Berarti selama investigasi berlangsung, dan kita menolak bayar, bunga dan denda keterlambatan jalan teruuuuuus?”
Tenang dulu bos. Setelah pernyataan sanggahan kita diterima pihak Bank Mandiri, Bank Mandiri sementara mengkreditkan tagihan-tagihan tersebut. Jadi Sisi masih bisa kita pake.
Tapi justru di situ ada keblunderan yang tak terhindarkan. Saat Sisi saya dibobol orang, beberapa hari kemudian ketika tagihan Sisi saya dikirim, tagihan-tagihan tersebut sudah tercetak. Saya nggak mau dong bayar. Nggak lama, transaksi-transaksi tersebut dikreditkan sementara. Lega rasanya karena saya pikir bunga dan denda keterlambatan nggak akan muncul. Ternyata, karena di tagihan saya sudah terlanjur tercetak transaksi-transaksi itu, pembayaran minimal telah ter-record di sistem mereka. Jadi, meskipun transaksi-transaksi tersebut sudah dikreditkan, di tagihan bulan selanjutnya muncul bunga dan denda keterlambatan. Merasa nggak terima, saya nelpon ke Call Center Bank Mandiri, menjelaskan panjang, lebar, tinggi, luas, dan volume, si Mas Mas di ujung telepon sudah mengiyakan dan bilang mengerti kondisi saya. Tapi ternyata, menjelang deadline pembayaran tagihan, saya ditelpon Bank Mandiri, diminta melunasi tagihan fana tersebut. Ketika saya cross check, permohonan penghapusan bunga dan denda saya ternyata ditolak.
Kuingin marah…
Sepanjang proses investigasi ini saya nggak pernah lelah untuk terus bertanya ke Bank Mandiri. Saya rutin menanyakan proses investigasinya, meskipun mereka selalu menjawab dengan jawaban template. Ah, nggak peduli.
Lucunya, biarpun proses investigasi memakan waktu 45 s.d. 180 hari kalender, proses investigasi selesai ya beneran sampai 180 hari. Itupun informasinya saya dapet setelah saya terus bertanya, dan baru dijawab tanggal 13 Juni 2020 (187 hari) akhirnya dijawab dengan hasil yang bikin perasaan seperti sembelit ini lega: Bukan Beban Bapak. Plong.
Bye bye debt collector! Weeek.
Di titik inilah akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri lima tahun kebersamaan saya dengan Sisi. Untungnya, selama beberapa bulan terakhir saya memang hampir nggak pernah menggunakan Sisi. Yang paling berisiko adalah penggunaan EDC apalagi kalau Sisi sampai kita serahkan ke orang lain. Hal-hal kayak gini yang bisa menyebabkan permohonan sanggahan kita ditolak, karena menyerahkan Sisi bisa dianggap kelalaian pemegang Sisi.
Jadi mari berlanjut ke beberapa tips menggunakan Kartu Kredit.
  1. Jangan pernah menyerahkan Kartu Kredit kepada siapapun. Kalaupun kita mau bayar di mesin EDC, pembayaran harus selalu di bawah pengawasan kita. Lengah dikit, pelaku cukup ngeluarin HP dan foto bagian muka dan belakang CC kamu. Selesai!
  2. Tutup tiga digit nomor CVV. Syukur-syukur 16 digit nomornya sekalian. Bisa ditempel pake lakban, atau ditutup pakai spidol. Hapalin aja itu nomor-nomor sakti. Kalau kamu susah menghafal angka, catet di tempat yang aman dan pastikan cuma kamu yang bisa mengakses tempat itu.
  3. Jangan pernah beri tahu ke orang lain terkait informasi apapun dari Sisi kamu. Meskipun ada iming-iming dapat diskonan. Awal-awal punya Sisi, sering banget ditelpon orang nggak jelas. Bilang saya dapet diskon hotel dan pesawat asalkan mendaftar pake informasi Sisi.
  4. Tanamkan pola pikir bahwa Sisi digunakan bukan untuk ngutang, tapi untuk membantu mengatur cash flow.
  5. Jangan tergiur untuk upgrade limit. Semakin tinggi limitmu, semakin banyak godaan untuk beli barang.
  6. Jangan gunakan Sisi melebihi kemampuanmu membayar, nantinya akan menjurus ke utang. Misalkan kamu pingin beli laptop harga 10 juta. Saat itu juga punya nggak kamu uang 10 juta? Jika tidak, jangan turuti egomu.
  7. Jika ingin menggunakan cicilan Sisi, sebisa mungkin cari merchant yang menyediakan fasilitas bunga 0%. Pokonya hindari bunga ya cuuuy.
Dan, setelah lima tahun hidup bersama Sisi, saya memutuskan untuk putus saja. And somehow, I feel better without holing any Credit Card.
Free!

14 thoughts on “Manis Pahit Satu Periode Kartu Kredit

  1. Wadaww.. Ngeri banget juga mas Bardiq. Untung diakhir melegakan karena tidak dibebankan kepada Mas Bardiq. Tapi aku kebayang betapa tidak nyamannya 180 hari itu menunggu kejelasan. Huhuhu

    Like

  2. Bener banget, mas Bardiq. CC itu digunakan untuk metode pembayaran dan mengatur arus kas. Jadi, jangan berani pake CC untuk hal konsumtif kalo nggak ada duitnya.

    Sama, alasan gue bikin CC waktu itu buat metode pembayaran tiket pesawat dan penginapan di luar negeri.

    Aku pernah terjebak dalam lingkaran hutang CC pada periode 2016-2018. Dua tahun gue nggak bisa nabung dan nggak bisa menikmati gaji gue karena selalu habis duluan buat bayar tagihan. Tagihannya nggak habis-habis, karena gue nggak pernah bayar lunas dan tetep dipake buat daily needs. Puji Tuhan, 2019 gue jelang dengan bebas hutang! Cerita selengkapnya ada di blog hahaha.

    Puji Tuhan juga baru sekali kebobolan, itu pun “cuma” dibajak buat tagihan Netflix orang lain. Langsung kublokir. Aku nggak pernah pake CC buat transaksi offline juga sih, selalu online. Sekarang lagi pegang 2 kartu kredit, CIMB NIAGA dan DBS 😀

    Liked by 1 person

    1. Dulu sempet nyobain cicilan 0% gitu Mas. Kayaknya sih cicilan ringan gitu ya. Tapi setelah jalan 6-7 bulan kerasa lama bangeeeet. Hahahahaha. Kok nggak beres beres ini cicilan. 🤣🤣

      Tapi salut Mas Nug, udah pernah kebobolan tapi masih make sampe dua CC. Kalo aku dah nggak sanggup lagi. Apalagi ada bank online itu tuh yang nyegat nyegatin orang di mall. Bisa dimanfaatin kalo mau make online payment.

      Mampir juga aah curhatanmu tentang CC. 😁

      Like

  3. Baru kebaca tulisan ini. Dan aku punya pengalaman yang sama juga terhadap mbak Sisi ini. Dulu kebobolan dipake uber di Kanada. Duh macam udah pernah ke sana aja hahaha. Yang nyebelin, Sisi kebobolan, eh pas diblokir nasabah tetap kena biaya penggantian kartu 50 ribu. Sungguh gak rela! seharaga 50 biji pempek seribuan itu hahaha.

    Dicengcengin sepupu untuk belanja dengan cicilan 0% udah. Eh bayarnya macet. Tobat! sekarang kalau ditanya bilang, “lagi non aktif” padahal masih ada hehe. Aku masih pertahanin buat bayar-bayar yang lebih mudah kalau pake Sisi (perpanjang domain blog misalnya). Tapi, buat yang lain-lain sebisa mungkin gak pake Sisi.

    Hidup Mamet!

    Liked by 1 person

    1. Waah. Udah pernah kebobolan dan masih nekat pake. Luar biasa Mas Yayan. Kalo aku udah ampuuuun. Nyerah Mas. Hahahah.
      Iyaa, aku yang dua kali case sebelumnya juga pas minta kartu baru tetep dimintai uang ganti kartu. Tapi udah lah, begitu kebobolannya sampe 13 juta, langsung nggak berani lagi make Sisi.

      Kalo untuk perpanjang domain blog sama langganan Apple Music aku lebih mending pake yang sering neror orang di mall mall itu Mas. Bisa ditop up limitnya sesuai kebutuhan aja. Lebih amaan. 😀

      Like

  4. Hello mas Bardiq,
    Thank you info2 sisi nya, lega banget yaa duit gak jadi melayang fiuhh..emang ada plus minusnya punya sisi.
    View2 fotonya baguus.. apa ini di NZ ya mas?

    Like

    1. Hallo Metta! Maaf bangeeet, baru sempet bales. Blog sempet nggak keurus belakangan ini. Hehehehe.

      Iya, setelah aku pikir pikir, sekarang pegang CC lebih banyak minusnya sepertinya.

      Foto fotonya campuran Mbak, ada yang di NZ, ada yang di Norway. 😀

      Makasih banyak sudah mampiir.

      Like

  5. wih ngeri mas, saya dulu punya 2 sisi, dua2nya bank BUMN sebut aja M & N. karena free lounge juga sih awalnya. karena makin kurang fasilitas lounge saya tutup yang M, mudah banget, bilang tutup langsung di OK kan. beda dengan N, mau tutup, malah dikasih gratis iuran tahun dan rayuan untuk tidak menutup, sudah 7 tahun free annual charge. pernah kebobolan (oleh oknum gamers karena belinya games2) hampir sampai batas limit dalam mata uang asing, waktu ke perth mungkin pas di lounge surabaya atau bali, pihak bank N bilang sudah hubungi ke no kartu halo (ga saya aktifin roaming intl) waktu ada transaksi mencurigakan. syukurnya bisa disangkal dengan form sangkalan transaksi, rugi kurs dan biaya cetak kartu yang baru karena kartu lama dianggap tidak aman. sejak itu saya minimalisir pakai buat transaksi offline, cuma buat online, alhamdulillah masih aman.

    Liked by 1 person

    1. Halooo Mas, lama ya nggak ngobrol di dunia maya ya kita. Ahahahahaha.

      Wah, padahal udah pernah kebobolan tapi masih berani pake Sisi ya Mas, mana ketahuan kebobolannya lagi mau pergi jauh itu. Aku udah cukup deh, nggak lagi lagi. 😦

      Makasih udah mampir Mas!

      Like

    1. Haaai. Sudah telpon call center kah? Biar langsung diblokir terus nanti bikin surat sanggahan ya. Nanti ada proses sekitar 6 bulan sampai keputusan dinyatakan bukan beban.

      Jangan lupa dipantau terus ya. Semoga lancar!

      Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.