Day 2 in Stockholm, “The Aroma of Cinnamon”

23 September 2018:  Stockholm
The shitty feelings struck me that morning! Sudah delapan belas hari meninggalkan Indonesia. Dan ternyata saat-saat yang tak begitu dinanti tiba: kepulangan. Some parts of myself really miss Indonesia (the proper meal mostly), but some others really want to explore farther more.
Kami tak ingin menghabiskan waktu terlalu lama di Airbnb, agar waktu kami di Stockholm yang tinggal satu hari satu malam, bisa kami manfaatkan sebaik kami bisa. Sudah ada beberapa tempat yang masuk ke list kami hari itu. Dan tempat pertama yang kami kunjungi adalah salah satu bakery yang tak jauh dari Airbnb kami: Bakery & Spice, yang lokasinya tepat di persimpangan besar Sankt Eriksgatan dan Torsgatan.
Salah satu rencana kami pagi itu adalah berburu Kannelbullar – Swedish Cinnamon Buns. Kannelbullar adalah salah satu jajanan khas Sweden yang wajib kamu cicipin kalo lagi di Sweden. Tentu ada beberapa toko roti yang sudah masuk list. Katanya, they have the best Kannelbullar across Sweden. Selain Bakery & Spice ada Valhallabageriet, Gateu, Fabrique Stenugnsbageri, dan Tössebageriet.
Bakery & Spice
Toko roti itu tepat berada di samping traffic light. Kami sampai di sana pukul 07.45 dan masih nampak sepi. Jendela besar dengan logo serta tulisan Bakery & Spice bersanding dengan sebuah pintu yang sudah dibiarkan terbuka. Saya masuk dan disambut dengan hangatnya ruangan serta senyum seorang wanita cantik berambut gelap rapih digulung, dengan celemek hitam menutupi sweaternya.
Saat saya melangkah lebih dalam, aroma cinnamon terasa kuat ikut menyambut, bercampur dengan roti yang baru keluar dari oven panas. Ruangannya bersih, dinding putih yang mengeliling dan aksen cat warna hitam, dengan berjejer papan tulis dan coretan-coretan berbahasa Swedia. Beberapa tumpuk roti yang siap dihidangkan membuat perut semakin tak sabar untuk mencicip. Stockholm yang terasa dingin, berubah kesan menjadi hangat dan manis.
Hello. We’d like to have some Kannelbullars.”

Tepat di depan toko, disediakan sebuah kursi panjang berwarna putih. Kami sengaja menghabiskan sarapan sambil mengamati persimpangan jalan Torsgatan. Hari Minggu dan terasa sangat sepi. Hanya beberapa pejalan kaki dan sesekali bus yang lalu lalang.
Now, do you know that Swedish people loooove sweet treats? But the funny thing is, they don’t make all these desserts all year long. Ada bulan-bulan tertentu Semla Bun berjejer hampir di seluruh toko roti dan cafe, tapi di bulan yang lain berganti menjadi kue-kue lain. Saya sejak mantengin apa aja yang seru di Stockholm, udah ngiler aja bayangain Semla Bun dari postingan @visitstockholm di Instagram. Tapi ternyata, Semla Bun normalnya bisa ditemukan sekitar awal tahun.
Saat kami mengunjungi Stockholm di bulan September, kue yang lagi semarak-semaraknya adalah Kanelbullar atau Cinnamon Roll. Yang saya denger, Kanelbullar sendiri salah satu dessert favorite orang Stockholm, sampai-sampai mereka menetapkan tanggal 4 Oktober menjadi Kanelbullens dag a.k.a. National Kanelbullar Day! Asik nggak tuh?

Kemarin, kami ngobrol banyak dengan Svante, host Airbnb kami, tentang transport paling gampang untuk ke bandara Arlanda. Ada kereta api, ada juga airport bus, Flygbussarna. Saran Svante buat ambil airport bus aja. Karena lokasi haltenya juga nggak jauh dari apartmentnya. Kami nyempetin dulu buat mampir di haltenya, mastiin beneran lewat halte situ nggak tuh. Karena pesawat kami dari Arlanda Airport jam 06.50, berarti paling nggak jam 5.30 pagi kami harus udah sampai bandara.
Kami beli tiket Flygbussarna rute Stockholm Cityterminalen ke Stockholm Arlanda Airport. Jadwalnya, bus akan sampai di halte terdekat dari Airbnb kami, St. Eriksplan jam 05.00 pagi. Kami beli melalui website Flyggbussarna di https://www.flygbussarna.se/en/ seharga 99 SEK per tiket. Setelah pembelian berhasil ntar kita dapet email dengan barcode yang bisa ditunjukin ke driver bus saat kita naik. Sebenernya bayar saat kita naik di bus bisa juga, tapi harganya lebih mahal ketimbang beli online lewat website/aplikasinya. Kalau bayar langsung harganya 119 SEK wak.

And now it’s time to visit Stockholm’s most tourist trap: Gamla Stan.
Dari sepanjang perjalanan kami di Norway dan Sweden tidak banyak kami mengunjungi Tourist Trap. Karena memang petualangan kali ini lebih banyak ditemani gunung dan fjord. Terakhir kali kami sampai di tempat-tempat ramai turis adalah saat hari pertama kami sampai di tanah Eropa, kami mengunjungi Brygen di Bergen.
Dari metro station St. Eriksplan kami menuju Gamla Stan, just follow the green line! Sebetulnya, malam sebelumnya kami sudah keliling Gamla Stan, namun hampir seluruh toko dan café tutup.
Belum genap jam setengah sembilan pagi, dan suasana Gamla Stan pun masih sangat sepi. Banyak toko yang belum buka, belum banyak turis yang seliweran. Di sela-sela gedung berupa jalanan dari batu, terlihat Stockholm Church Clock Tower menjulang gagah sebagai latar belakang.
Karena banyak toko yang masih sepi, jadi kita jalan-jalan aja dulu di tepi Söderstrom river. Dan ada ferry port dengan tulisan besar-besar: Slussen. Well, coba naik ferry aja lah ya. Karena Travelcard yang kami beli di Stockholm Cityterminalen nggak cuma bisa dipake buat metro dan bus, tapi juga ferry. Tahukah kamu kalo Stockholm sendiri itu punya pulau-pulau kecil di sekitarnya? Fourteen islands! Ya macem Jakarta punya Pulau Seribu gitu kali ya. Lokasinya ada yang cuma 25 menit naik ferry, ada juga yang sampai dua jam lebih!
Kami ngasal aja sih, masuk ke ferry port, ikut ngantre, dan naik ke ferry yang udah nungguin para penumpang. Kami lihat di jadwal papan board, kalau ferry ini punya tujuan ke Skeppsholmen lalu ke Djugården, sebelum puter balik. Di Djugården ada amusement park terbesar di Stockholm: Gröna Lund. Kalo mau mampir ya pasti butuh waktu seharian sendiri.

This slideshow requires JavaScript.

Kami sama sekali nggak turun, cuma ngikut aja ferry ini menclok ke Skeppsholmen dan Djugården, lalu balik lagi ke Slussen.
Ferry merapat, masih jam 9 lebih dan kami mulai explore Gamla Stan.
Gamla Stan (Gamla: Old, Stan: Town) adalah kota tuanya Stockholm yang lokasinya ada di satu pulau terpisah. Biarpun begitu, akses menuju Gamla Stan sudah sangat banyak. Gamla Stan dipenuhi gedung-gedung tua menjulang yang masih sangat kokoh, didominasi warna-warna coklat, kuning dan merah. Gamla Stan dipenuhi dengan banyak toko souvenir, café, dan restaurant. Pusat dari keramaian Gamla Stan adalah Stortorget, sebuah tanah lapang dikelilingi bangunan-bangunan bersejarah mulai dari Storkyrkan (Church/Cathedral), Royal Palace, sampai Nobel Museum. Di tengahnya berdiri sebuah air mancur (The Well/Stortorgsbrunnen). Stortorget is the city square. Untuk detail bangunan-bangunan bersejarah di sekeliling Stortorget bisa kamu baca-baca di Wikipedia yes.

This slideshow requires JavaScript.

Namanya juga tourist trap, di Gamla Stan kamu bisa menemukan segala macam oleh-oleh. Tapi inget, harganya nggak beda jauh dengan oleh-oleh saat kami keliling Tromsø. But somehow, nggak seperti toko-toko di Tromsø yang harganya serupa, di Gamla Stan ada beberapa toko yang punya harga lebih murah. Magnet misalnya, harga satu toko dengan toko yang lain bisa berbeda 10 SEK. Salah satu toko souvenir yang punya harga lebih murah adalah Gamla Stans Hantverk, yang jual orang Pakistan. Saya inget banget karena sempet numpang pipis, dari pada bayar 10 SEK lagi di toilet umum. Tak lupa saya sok kenal sambil ber-syukria syukria~
Jangan lupa, cari toko oleh-oleh yang menawarkan Tax Free ya, salah satunya adalah Global Blue! Mau tau gimana caranya biar dapet refund pajak dari oleh-oleh kamu? Feel free to read my article in, “Seberapa Mahal Traveling ke Norway dan Cara Menghematnya.”
Di Stockholm ada Royal Palace yang lokasinya bersebelahan dengan Gamla Stan. So, one thing that came to my mind about Royal Palace: Changing Guard. Changing Guard Ceremony yang berlangsung sekitar 30-40 menit ini saat Autumn tidak dilakukan setiap hari. Hanya Rabu, Sabtu, dan Minggu. Untungnya, hari itu hari Minggu, pas banget kalau mau nyempatin nonton Changing Guard Ceremony.
Saat autumn, changing guard ceremony dimulai jam 11:45 siang di weekdays, dan 12:45 saat sundays. Karena hari itu hari Minggu, jam 12:30 tepat kami sudah nongkrongin di sekitar Royal Palace Square. Masih sepi, jadi kami masih dapat spot enak buat menyaksikan acara.

This slideshow requires JavaScript.

Kami nyempetin cari tempat makan siang di sekitar Gamla Stan. Keinget kata-kata temen saya saat hari sebelumnya kami ketemuan, kalau makan di luar selain fast food yang harganya masih terjangkau dan dapat porsi yang banyak, carilah kebab! Jadi setelah muter muter Gamla Stan, sampai si Adityo bilang kita kek orang thawaf, kami memutuskan mampir ke salah satu Turkish Restaurant, Pizza Royal. Sebetulnya tidak ada yang spesial dari tempat ini. Kami cuma mampir karena nyari tempat makan yang affordable dan ngenyangin. Seperti biasa, Kami pesan dua menu yang berbeda. Adityo pesan Kebab with Fries, and Falafel with Fries for me. Sebetulnya mereka nyediain juga rice selain fries, tapi ngebayangin makan daging kebab pake nasi, ntar jadi kerasa kek daging semur.

This slideshow requires JavaScript.

Satisfying my hunger: happy me, and we’re ready to explore more. Kami sempat mampir ke masjid Stockholm untuk sholat dzuhur dan ashar. Masjid besar berbentuk kubus dengan pintu dari kayu yang terbuka lebar. Masjid ini ada di daerah Kapellgränd, nggak jauh dari Gamla Stan Di depannya ada Björns Garden, taman bermain dengan skate park yang nampak kurang dirawat.
Tujuan kami selanjutnya adalah Monteliusvägen, sebuah taman di tepi Lake Mälaren. Kami sampai setelah berjalan sekilo lebih dari Masjid Stockholm. Dari Monteliusvägen kita bisa melihat pemandangan ini…

This slideshow requires JavaScript.

Ketemu mahasiswa asal Chile, yang basa basi ngajak ngobrol. Padahal kutahu, habis itu minta difotoin. Photographed by @Prabowoadityo
Tak apa, habis itu gantian. Wkwkwk.
Lumayan lama kami duduk-duduk di Monteliusvägen, sambil ngomongin bagaimana perjalanan belasan hari yang kami rencanakan sampai sepuluh bulan, ternyata akan segera berakhir di kota Stockholm.
“Nggak kerasa ya cuy….”
Sudah semakin sore dan kami memutuskan untuk mencari cemilan, Kanelbullar! Tadi pagi kami udah ngicipin Bakery & Spice yang nggak jauh dari Airbnb, sekarang kami mau ngicip Fabrique. Ada satu outletnya di Stockholm Cityterminalen, sekalian mampir ke beberapa metro station yang belum sempet kami samperin.

This slideshow requires JavaScript.

Semakin sore, dan kaki semakin berat untuk melangkah pulang ke tempat Svante. Tapi sudah kami sepakati kalau malam itu mau kami mau pulang cepat biar bisa packing. Kami mampir ke Burger King, beli dua burger untuk kami habiskan nanti malam.
Di sepanjang perjalanan pulang ke Airbnb, meniti jalanan St. Eriksplan yang terasa gelap dan sepi. kami nemu satu supermarket Coop. And we’re looking at each other. Yuk, ngumpulin semua receh sisa, kita beli jajan. Dan nggak luput, satu bungkus “Cookies from Coop” rasa coklat yang hampir selalu menemani kami, yang ngabisinnya selalu sedikit demi sedikit, selalu kami bawa setiap hiking, untuk kami jadikan reward saat kami sudah sampai puncak.
Above Svolvaer
24 September 2018: The Story Ends Here
Alarm membangunkan saya tepat jam 3 pagi. Saya duduk di tepian kasur, mengumpulkan sisa-sisa kesadaran. Memilah-milah memori, apakah betul saya sudah sampai di Norway dan Sweden? Atau hanya mimpi semalam? Terasa sekelebat seperi film, dan sekarang hanya duduk termenung menatapi layar gelap berisikan pemeran dan kru film.
Tas yang sudah rapi dan siap saya panggul tergeletak di dekat pintu. Setelah mandi, saya mencari-cari sebungkus kanelbullar dari Fabrique yang memang saya persiapkan satu potong untuk sarapan. Sampai saat kami menerobos pagi buta, dan bergidik menunggu airport bus, saya masih bisa merasakan sisa aroma Cinnamon dari kanelbullar tadi. Sudah dingin memang, tapi aromanya masih sama seperti saat saya memasuki toko roti di ujung jalan St. Eriksplan. Masih bisa saya rasakan toko itu terasa hangat dengan aroma Cinnamon yang manis memenuhi ruangan, dengan roti-roti yang masih hangat berjejer di dekat meja kasir.
Aroma itu terus membawa memori saya ke jalanan kota Stockholm yang diapit bangunan-bangunan kuno, yang masih kokoh dengan dominasi warna-warna coklat atau kuning yang khas. Atau saat berdiri di metro stationnya yang unik, menunggu kereta yang akan membawa saya ke metro station lain di kota itu, yang membuat saya tak henti mengangkat kamera, mencoba mengumpulkan memori sebanyak mungkin.
Just like the petrichor scent that makes you remember about rainy days, the aroma of cinnamon will linger and remain as a good memory about Stockholm.
Yes, that’s how I will remember Stockholm.
Tusen tack.

Click here to read all my stories in Stockholm.

19 thoughts on “Day 2 in Stockholm, “The Aroma of Cinnamon”

      1. Masih menunggi Corona musnah dulu, ekonomi berjalan normal kembali, baru mari kita rencanakan lan jalan lagi. 😁
        Dikasih waktu buat nabung lebih banyak dulu ini Ci. Wkwkwkwk.

        Like

  1. udah sering baca kalau salah satu cara untuk menghemat pengeluaran makan di eropa adalah dengan membeli kebab, dan dari postingan ini juga semakin menguatkan.. Jadiii, kalau ke Eropa ingin hemat memang harus sering2 makan kebab ahaha..

    -Traveler Paruh Waktu

    Like

    1. Kalau mau hemat lagi cari penginepannya yang nyediain dapur dan kitchen set Mas, terus tinggal belanja dan masak sendiri. Hehehehe.

      Ini karena udah hari terakhir nih, jadi mau pulang nyari yang simpel aja. 😀

      Makasih udah mampri Mas Bara. Salam kenal ya.

      Like

  2. Ya ampun, udah satu setengah tahun yang lalu lho mas 😀

    Asik banget sarapan pagi-pagi sambil mengamati kehidupan kota. Tinggal kopi aja hehe. Stockholm memang asyik dieksplor ya, kotanya punya banyak sungai dan pulau-pulau kecil.

    Liked by 1 person

    1. Hahahahaiyaa. Setiap bikin tulisan selalu punya deadline harus selesai sebelum berangkat trip selanjutnya. Akibat 2019 nggak ke mana-mana nih Mas.

      Kopiku tanggal segitu sudah habis. 😦
      Kalo beli kopi kusayang harganya. Mahal mahal amat. Ahahahah.
      Kalo sampe Scandinavia, harus banget dilama-lamain di Stockholm Mas Nug, sepertinya cocok dengan gaya travelingmu. Someday ya, aamiin!
      Makasih udah mampir Mas.

      Like

  3. Dua hari di Stockholm, cerah terus langitnya, sungguh beruntung ya perjalanan keliling Scandinavia ditutup dengan manis, pake aroma cinnamon pula.

    Semoga corona cepet selesai dan penerbangan kembali pulih ya, karena Oktober nanti ada rencana solo traveling pertama kali ke salah satu negara Scandinavia. Baca cerita Mas Bardiq bikin gak sabar pengen cepet ke sana.

    Liked by 1 person

    1. Iya bener. Setelah berhari-hari di Norway sering banget mendung, eh sampe Stockholm cerah terus.

      Aamiin! Ke mana nih rencana Mbak? Semoga Oktober nanti kondisi sudah pulih ya! Aamiin.

      Like

    1. Halo Mbak Rika, maaf banget baru sempet bales. Keselip di antara komen-komen spam. Hahahaha.
      Iya Mbak, moga moga nanti suatu saat bisa sampai Stockholm juga ya.

      Thank you udah mampir Mbak.

      Like

  4. Kan, jadi kangen dengan perasaan exited-mau-pulang-tapi-melas-liburan-usai itu 😀

    Waktu terakhir ke Eropa itu ada beberapa kali kami perpindahan kota yang subuh banget. Dulu pas milih jadwal mobilnya gak mikir banyak, tapi begitu udah di sana jadi agak panik, “nah ini transportasi umum udah ada belom sepagi itu?”

    Untungnya ada. Karena kalau nggak pilihannya 2, pertama stay di terminal yang tentu saja dingin banget di musim gugur. Kedua naik taksi yang pasti ongkosnya mahal hehe.

    Liked by 1 person

    1. Halo Mas Yan. Maaf ya, baru sempat bales. Nggak tau kenapa, kalo balesin comment di blog selalu lebih sreg kalo dari desktop.

      Hahahaha.. Biarpun sebenernya excited mau pulang 20% aja, sisanya pingin lanjut jalan jalan ya Mas. 😀

      Paling males kalo nungguin lama di terminal/bandara pagi pagi buta gitu. Mana masih ngantuk kan Mas. Pinginnya udah agak siang jadi bisa lihat jalan juga.

      Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.