Barang-Barang yang Perlu Dibawa untuk Backpackeran ke Norway

Saya termasuk traveler yang anti nenteng-nenteng saat bepergian. Juga anti beli bagasi karena menurut saya ngantre masukin check in bagasi itu memakan waktu, ah iya! Apalagi saat nungguin bagasi di conveyor belt itu sangat wasting time. Ukuran tas ransel pun saya cenderung selalu pakai ransel yang relatif kecil buat backpackeran.
Untuk bagasi Kami hanya perlu membeli bagasi untuk penerbangan Semarang-Singapore, dan Singapore-Bergen (transit di London), untuk penerbangan kami selanjutnya dari Oslo-Bodø, lalu Stockholm-Singapore-Yogyakarta, saya tidak sampai membeli bagasi. Ayo, sekarang saya mau share barang-barang yang saya bawa untuk traveling dengan total perjalanan 20 hari ke Norway.
First rule: Pastikan kalau semua tas dan pakaian yang kamu pakai mulai dari ujung kepala, ujung kaki, hingga yang kamu panggul dan tenteng itu waterproof. Cuaca di Norway sangat berubah-ubah, apalagi Autumn! Dan lagi, seperti trip kami kemaren, hanya mengandalkan transportasi umum dan tumpangan orang, nggak mungkin terhenti karena hujan. Nggak ada waktu untuk berteduh. Kalau tidak deras, the trip must go on. Gerimis kita tebas! Satu-satunya yang tidak waterproof yang saya pakai kemaren adalah backpack saya. Makanya, saya beli rain cover (yang alhamdulillah tidak pernah saya pakai).
Kurang lebih kayak gini bentukan saya tiap pindah kota. No geret geret. Difotoin Pak Adityo.
Oke, saya bagi tulisan ini menjadi beberapa segment deh ya.

THE BACKPACK

Segment pertama adalah The Backpack. Total ada empat jenis tas yang saya bawa. Here we go:
Me with Quiksilver Grenade. Difotoin pak Adityo.
Ini ransel yang saya beli sebelum trip ke New Zealand dulu. Quiksilver Grenade Backpack, 25 L. Dan udah ikut saya sampai ke Sumba, Kashmir ke Ladakh, dan tentu saja sampai perjalanan total 20 hari di Norway. Bukan carrier yang tingginya sampai menggunung. Mungkin belum merasa butuh pakai carrier yang sampai 70 L. Kapan-kapan kalo trip tiga bulan keliling UK + Ireland kayaknya baru perlu pakai carrier. Aamiin. Ehehehehehe.
Baca juga tips-tips untuk berburu Aurora Borealis.
Dan untuk trip ke Norway ini saya kalah, saya harus menenteng, saya harus beli bagasi. Tapi, tentu bukan sembarang tentengan, bukan sambarang bagasi. Karena untuk tentengannya pun sudah kami sesuaikan, menggunakan tas yang gampang dilipet, dan berisi barang-barang yang bisa habis: ransum.
Ini tentengan kami pas hari-hari awal. Masih penuh banget sama persediaan makanan.
Ini tas tentengan kami, Matador Transit16 Pocket Duffle Bag, punya Pak Adityo, yang isinya lagi penuh dengan ransum. Tas ini bahannya tipis, tapi kuat banget, juga water resistant. Ada dua tali, jadi ketika berat, kami tenteng bareng-bareng. Muatannya sampai 16 L. Ketika kosong, kami lipat sampai kecil banget, bisa masuk kantong dan poof! Kami tak ada lagi tentengan.
Selain kedua tas itu, kami bawa juga satu backpack lagi yang bisa dilipet, dan kami pakai ketika hiking/keliling kota. Jadi biar ransel besar kami tinggal di penginapan, dan bawa barang-barang yang diperlukan aja.

Pilihan kami jatuh pada Quechua Extra Backpack Ultra-compact, 20 L. Kapasitasnya sampai 20 L dan ketika nggak dipakai bisa dilipat seukuran genggaman tangan, atau cukup dikempesin dan bisa di-selempit-in masuk ke dalam backpack.
Ini ketika tas Quechua kami dipakai. Difotoin Pak Adtiyo.
Yang terakhir adalah tas untuk kamera. Yang satu ini saya beli terlalu buru-buru, jadi beli online aja. Dan menurut saya kualitasnya kurang bagus. Saat mulai hujan, saya lebih memilih memasukkan kamera dan lensa saya ke tas Quechua, atau saya masukkan ke dalam raincoat, dari pada merembes dan kamera malah jadi basah.

THE OUTFIT

Untuk outfit, ini sebenernya bebas sih ya. Kalo orangnya cuek kayak saya, yang nggak masalah foto dari hari pertama sampai hari terakhir bajunya itu-itu aja, mungkin bisa meniru trik saya.
Saya bawa dua jenis coat. Dua-duanya punya hood. Satu tebel, dan satu tipis. Yang tebel nggak tau deh ini bisa untuk winter atau enggak. Yang tebel ini, ada paddingnya, di dalemnya juga ada layer woolnya. Selama beberapa hari saya di Norway saat Autumn, coat ini sudah cukup. Ketika dingin banget ya terpaksa saya rangkap sampai beberapa lapis.
Lagi di Flåm, lagi-lagi difotoin Pak Adityo.
Satu lagi saya bawa coat yang tipis, raincoat. Seringnya saya pakai ketika trekking. Karena kalo pake yang tebel, awalnya aja yang saya pake, baru jalan satu-dua kilo langsung badan keringatan. Tapi lihat-lihat kondisi saat trekkingnya juga. Kalo dinginnya kelewatan, atau saat trekking di Storhaugen yang tinggi puncaknya sampai 1,000 m lebih, saya pakai yang tebel.
Untuk sepatu dan celana, juga carilah yang waterproof ya. Untuk sepatu trekking banyak kok yang udah waterproof, boleh yang boot tinggi, atau yang rendah.
Nah, sekarang saya kasih tips pakaian dan barang-barang yang masuk ke tas saya. Kaos untuk jalan saya bawa empat aja, kaos untuk tidur saya cuma bawa dua. Celana untuk bepergian saya bawa dua, satu trekking pants (waterproof), satu lagi jeans. Celana untuk tidur saya bawa dua aja, dan celana dalem saya bawa 4 juga. Jangan lupa bawa long john, bawahan bawa satu, dan atasan bawa dua. Semua ini sangat cukup untuk perjalanan 20 hari.
Dengan catatan, saya harus mencuci setiap 3-4 hari sekali. Jadi, ketika cari penginapan, carilah yang kasih fasilitas Washer and Dryer. Biasanya kami mencuci saat mempersiapkan makan malem. Jadi kami bagi tugas, saat yang satu masak, satu lagi ngurusin cucian. Biasanya saya yang kebagian nyuci sih. Hehehehehe. Walopun pas nyuci juga bolak balik manggil si Adit, mastiin kalo make mesin cucinya udah bener, dan nggak rusak setelah kami pake.
Handuk! Bawalah yang berbahan microfiber, agar lebih cepat kering. Juga bawa sandal ya.
Saya nggak bawa topi, karena saya yakin selama di Norway bakalan jarang panas. Jadi dari pada menuh-menuhin tas, topi pun saya tinggal. Jadi perlu kah bawa topi? Kalau tasmu masih cukup, bawa aja nggak papa. Toh, beberapa hari juga kami ketemu teriknya matahari kok.
Klik di sini untuk membaca tempat-tempat hiking seru di Norway.

THE FOOD SUPPLY

Let me introduce you to our lives savers:
Life savers.
Ini adalah makanan yang kami bawa dan menemani hampir sepuluh hari pertama dalam perjalanan kami dari Norway sampai di Stockholm. Dari ujung kiri itu kopi Gayo yang selalu wake me up setiap pagi, lalu persediaan lauk dalam kaleng ada Rendang, Corned Beef, Gudeg, lalu di baris di bawahnya ada Wedang Jahe sachet, Coklat sachet, Sambel Bajak dan tentu saja Indomie. Sebetulnya masih ada Bon Cabe yang lupa nggak ikut saya foto.
“Emang boleh ya bawa daging-dagingan gitu ke Norway? Nggak ditahan sama Karantina?”
Menurut website Norwegian Customs dan website resmi Visit Norway, kalo membawa daging (termasuk susu dan keju) yang dibeli di luar negara-negara EU, tidak diperbolehkan. Tapi saat kami landing di Bergen, semua ransum tadi kami masukkan ke tas jinjing yang masuk bagasi, dan tidak dipermasalahkan. Cuma dilihat aja, terus boleh melanjutkan perjalanan. Jadi agar gambling juga sih. Kalau memang mau bawa, harus terima risiko kalo bakal ditahan. Tapi memang pemeriksaannya tidak serinci dan seketat saat kami traveling ke New Zealand dulu. Kata Mbak Ayu (@ayu_chieza), yang saya tanya-tanya lewat Instagram, kalo landing di Oslo, Customs dan Quarantinenya lebih ketat.

THE MEDICINES

Jangan lupa bawa obat-obatan pribadi ya. Minimal paracetamol, obat flu, dan obat diare. Jangan lupa juga bawa lipbalm dan sunblock. Walopun sunblock jarang dipakenya sih.

MISCELLANEOUS

Semua barang-barang tadi bisa masuk ke tas ransel saya. Bahkan masih bisa ditambah bawa satu lensa dan satu tripod. Tripod carilah yang bisa dilipet dan masuk ke ransel.
“Tripod boleh masuk ke cabin ya? Nggak harus dimasukin ke bagasi?”
Saya ngelewatin beberapa Airport Security dari beberapa negara. Indonesia dari Bandara Ahmad Yani di Semarang, Singapore, UK dari London Gatwick, Norway dari Oslo Lufthavn (Gandermoen), dan Sweden dari Stockholm Arlanda Airport. Dan hanya satu negara yang mewajibkan tripod untuk dimasukkan ke dalam bagasi: Indonesia. Hehehehe. Jadi salah satu alasan saya harus beli bagasi saat keberangkatan adalah untuk memasukkan tripod saya. Negara yang lain tidak melarang, jadi tripod saya bawa aja ke cabin pesawat.
Untuk colokan, bawa aja kayak yang sering kita pakai di Indonesia, sama aja.
P.S.: Kalau kamu mau bawa barang-barang yang mengandung cairan ke dalam cabin (sabun, shampoo, perfume, lotion), ingat! Setiap kemasan maksimal 100 ml. Dan masukkan semuanya pada plastik transparan yang bisa ditutup dan terlihat jelas.
Barang-barang lain yang berguna adalah:
  1. Plastic wrap yang ada sealnya, untuk menyimpan pakaian kotor agar lebih ringkas.
  2. Tisu basah, kalo ini mah wajib banget dibawa buat saya saat traveling di negara-negara yang penduduknya nggak biasa cebok pake air.
  3. Botol minum. Karena harga satu botol air mineral di Norway itu sangat mahal, 20 NOK satu botolnya, itupun yang paling murah! Jadi bawalah botol minum sendiri, karena di Norway air minum dari keran bisa langsung diminum. Bahkan dari sungai yang mengalir! Asal jangan dari lelehan glacier, katanya ada microorganism yang berbahaya. Kalo saya bawa botol soft flask 500 ml, yang bahannya lentur, jadi bisa dilipat.
Piye? Ada pertanyaan terkait barang bawaan untuk ke Norway? Just leave it at the comment columns!

30 thoughts on “Barang-Barang yang Perlu Dibawa untuk Backpackeran ke Norway

    1. Wajibnya pake banget Mas. Saya termasuk yang jarang banget makan Indomie, tapi melihat biaya makan yang bisa sampai 300 ribu sekali makan, saya mending makan Indomie deh. Hahahahaha.

      Like

      1. WordPress bisa ngemention orang nggak sih? Ini aku mau jawab begini ke Mbak Anis yang juga kirim comment. Hahahaha.
        Apalagi untuk trip yang sama kelaurga ya Mas.

        Like

      1. Itu yang ga dimengerti sama orang2 yg suka minta oleh2 itu.. bukannya bikin bahagia malah bikin sengsara.. 😂

        Like

  1. Wah, kita satu tim dong untuk yang gak masalah foto pake baju itu-itu aja hahaha.
    Begitu liat foto di atas, langsung penasaran sama Quiksilver Grenade. Dan begitu cek harganya, lumayan 😀 tapi ya semacam investasi juga buat yang doyan pelesiran ya 🙂

    Like

    1. Apalagi kalo udah pake jaket Mas. Mau kaos yang dipake itu kaos bekas tidur nggak kelihatan. Hahahahaha.

      Iya Mas. Bahannya kuat, modelnya bagus. Dulu naksir gara gara liat punya kawanku dulu. Terus aku samain. 😁

      Like

    1. Haai Mbak Dewi. Makasih banyak dah mampir ya!

      Boleeh Mbak, bakal lebih praktis tiap makan sepertinya. Soalnya kami nggak nemu rice cooker di Airbnb, jadinya setiap masak nasi cuma pake panci aja. 🤣

      Like

  2. makasih share infonya. terimakasih banyak.
    mau tanya kalo ke norway waktu itu menginap dimana? apakah disana ada penginapan atau homestay yang murah? mohon infoya di sekitar NTNU. terimakasih

    Liked by 1 person

    1. Halo Mas Slamet, makasih banyak udah mampir Mas.

      Kalo urusan nginap kami sebagian besar pake Airbnb yang jauh lebih murah dibanding hotel/guesthouse.

      Wah di Trondheim ya? Coba DM di IGnya Mbak Ayu (@ayu_chieza) yang lama tinggal di Trondheim.

      Semoga membantu Mas.

      Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.